Berita  

Bos Bursa AS Percaya Pasar Saham Akan Turun Karena Pengaruh AI

Bos Bursa AS Percaya Pasar Saham Akan Turun Karena Pengaruh AI

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam industri finansial semakin meningkat. Namun, regulator perdagangan saham dan bursa AS meyakini bahwa pasar akan mengalami kehancuran jika pelaku pasar terlalu mengandalkan AI.

Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), Gary Gensler, memperingatkan tentang bahaya implementasi AI dan bahkan menilai bahwa teknologi ini bisa menjadi pemicu krisis keuangan berikutnya. Ia menyatakan kepada Financial Times bahwa AI dapat menyebabkan krisis perekonomian, sehingga regulator pasar perlu mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi risiko AI di sektor finansial.

Salah satu faktor yang membuat AI berbahaya bagi sistem finansial adalah kurangnya pengawasan dalam pengembangannya. Perusahaan teknologi yang mengembangkan AI untuk industri finansial tidak diawasi oleh otoritas finansial. Jika perusahaan finansial menggunakan model AI yang dikembangkan tanpa pengawasan regulator, keputusan yang diambil pada saat tertentu tidak teruji, dan ini dapat menyebabkan bencana di pasar.

Menurut laporan Futurism, perusahaan finansial besar seperti Morgan Stanley dan Goldman Sachs sedang bersaing dalam menggunakan AI dalam proses bisnis mereka. Penerapan AI ini sebagian besar untuk mencari laporan riset dan menyusun poin pembicaraan sebelum bertemu dengan klien. Bahkan JPMorgan Chase telah mengembangkan platform ChatGPT yang serupa, yang dapat digunakan oleh nasabah untuk memilih investasi.

Pada bulan Juli, SEC mengusulkan regulasi baru yang mengharuskan broker dan penasihat untuk mengungkapkan konflik kepentingan ketika menggunakan “analisis data dan prediksi atau teknologi serupa.” Financial Times juga melaporkan bahwa SEC sedang merancang regulasi tambahan untuk AI. Di Eropa, regulator mengambil tindakan lebih tegas dengan menyusun Undang-Undang AI.

Dengan demikian, regulasi yang ketat terkait penggunaan AI dalam industri finansial menjadi penting untuk menghindari krisis keuangan di masa depan.

Exit mobile version