Amazon Web Services (AWS) mengumumkan rencana untuk meluncurkan cloud khusus pengguna di Eropa. Data yang disimpan dan dikelola dalam cloud tersebut tidak akan dipindahkan ke luar wilayah Uni Eropa. Uni Eropa memiliki regulasi yang lebih ketat terkait data, keamanan siber, dan algoritma dibandingkan dengan wilayah ekonomi lainnya. Selain server yang berlokasi di wilayah Uni Eropa, data yang disimpan dalam cloud khusus Eropa ini hanya dapat dikelola oleh pegawai AWS yang merupakan penduduk Uni Eropa.
Pada tahun lalu, otoritas Eropa memulai penyelidikan terhadap infrastruktur cloud untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi keamanan dan privasi yang sangat ketat di Uni Eropa. Regulasi ini adalah respons terhadap perpindahan data dari server sendiri ke cloud. Banyak perusahaan dan lembaga pemerintah kini memilih untuk menggunakan layanan penyimpanan dan pengelolaan data dalam bentuk platform cloud yang ditawarkan oleh perusahaan teknologi daripada membangun infrastruktur mereka sendiri.
AWS juga akan meluncurkan server pertama mereka di Jerman yang dapat diakses oleh pengguna di Eropa. Selain AWS, Microsoft dan Oracle juga telah meluncurkan layanan cloud khusus pengguna pemerintah Eropa.
Di Indonesia, layanan cloud juga mengalami perkembangan pesat. Pertumbuhannya bahkan dapat mencapai US$933 juta atau sekitar Rp 14,6 triliun tahun ini, menurut data IDC. Megawaty Khie, Direktur Channels and Strategic Partnerships Google Cloud South East Asia, menyatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan cloud sudah cukup tinggi. Banyak orang yang beralih ke cloud karena mereka malas membeli dan menggunakan perangkat keras. Namun, Megawaty juga mencatat bahwa implementasi cloud di Indonesia masih dihadapkan pada kendala izin dari pemerintah. Sebagai contoh, perbankan harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari lembaga terkait jika ingin menggunakan cloud. Megawaty berharap agar pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar dalam hal regulasi untuk mendorong implementasi cloud di dalam negeri.
