Mulai banyak perusahaan yang memasuki pasar internet berbasis satelit. Elon Musk dengan Starlink, Project Kuiper dari Amazon, dan Oneweb yang berada di orbit rendah Bumi (LEO) semuanya terlibat dalam persaingan ini.
Direktur & Chief Business Officer IOH Muhammad Buldansyah menjelaskan bahwa layanan internet satelit ini sangat cocok untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia. Dengan demikian, daerah-daerah yang sulit terkoneksi internet dapat terjangkau.
“Jadi sebetulnya bagus sih untuk Indonesia, negara kepulauan dengan banyak pulau yang sulit dijangkau dengan infrastruktur biasa. Kemudian, daerah di lautan dan monitoring di kapal juga semuanya membutuhkan konektivitas,” kata Danny di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Dia juga menyatakan bahwa satelit bisa menjadi salah satu opsi untuk daerah yang belum terjangkau oleh teknologi fiber optik maupun microwave. Satelit model lama VSAT adalah salah satu pilihan lain, tetapi harganya lebih tinggi.
Sementara untuk antena, penggunaan satelit lama lebih murah. Satelit LEO lebih mahal karena antena di Bumi harus mengikuti pergerakan satelit yang ada di orbit.
“Kalau LEO, antena relatif mahal, karena antenanya bergerak dan harus mengikuti satelit berikutnya,” jelasnya.
Saat ditanya apakah teknologi ini bisa menggantikan Base Transceiver Station (BTS), dia menegaskan bahwa belum ada telefon satelit yang diizinkan untuk mobile. Selain itu, satelit juga dinilai masih lebih mahal dari segi ekonomi, dan dari berbagai segi lainnya masih belum bisa menggantikan teknologi lainnya.
“Dari sisi ekonomis, penggunaan satelit masih lebih mahal. Selain itu, dari segi kapasitas dan kualitas, teknologi satelit juga belum bisa menggantikan teknologi yang sudah ada,” ujarnya.