Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan bahwa para pelaku bisnis di Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan keamanan siber akibat meningkatnya potensi kebocoran aset data. Bahkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan bahwa ada tidak kurang dari 976,5 juta serangan siber terjadi pada tahun 2022.
IBM X-Force Threat Intelligence Index 2023 juga melaporkan bahwa Asia Pasifik merupakan wilayah yang paling sering menjadi sasaran kejahatan siber selama dua tahun berturut-turut. Laporan tersebut menyebutkan bahwa industri manufaktur menjadi industri yang paling banyak diserang diikuti dengan industri keuangan dan asuransi di posisi kedua.
Oleh karena itu, Roy mengungkapkan bahwa IBM Indonesia dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) bekerja sama untuk membantu bisnis di Indonesia dalam memanfaatkan solusi teknologi berbasis AI guna meningkatkan ketahanan terhadap serangan siber.
“Dengan portofolio solusi dan layanan keamanan siber untuk bisnis yang lebih canggih, terintegrasi dan, dilengkapi dengan prinsip zero trust, IBM Indonesia dan Multipolar Technology mampu membantu bisnis untuk terus berkembang dalam menghadapi ancaman siber,” ungkap dia dalam keterangan tertulis, Kamis (10/11/2023).
Menurutnya, berdasarkan IBM 2023 Cost of Data Breach Survey, penggunaan AI dan otomatisasi secara luas dapat menguntungkan organisasi secara global. Teknologi ini mampu mengurangi biaya pelanggaran rata-rata hampir US$ 1,7 juta dibandingkan dengan organisasi yang tidak menggunakan AI.
Teknologi AI ini pun, kata dia, dihadirkan melalui IBM Security QRadar yang memanfaatkan kekuatan AI untuk membantu bisnis di Indonesia. Teknologi mampu melakukan investigasi dengan cepat, memberikan pemantauan real-time, dan memprioritaskan peringatan dengan tingkat akurasi yang tinggi berdasarkan kredibilitas, relevansi, dan tingkat resikonya.
“Penjahat siber akan selalu mencari cara baru untuk terus melakukan serangan. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus mampu meningkatkan ketahanan organisasi terhadap serangan siber dengan mempercepat deteksi dan respons terhadap ancaman. Di sinilah AI berperan sebagai katalisator,” jelas Roy.
Roy juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam memperkuat keamanan siber di dalam negeri. Dalam hal ini, kemitraan dengan pemerintah dan pihak swasta sangat krusial.
“Regulasi yang tepat dan strategis serta penggunaan solusi berbasis AI yang aman, terpercaya, dan bertanggung jawab dalam mengembangkan keamanan siber adalah jawabannya,” katanya.
Sementara itu, Direktur Layanan Aplikasi Enterprise Multipolar Technology Jip Ivan menambahkan, salah satu contoh penggunaan AI dalam keamanan siber adalah dalam deteksi ancaman.
“AI menghadirkan konteks tambahan dari kumpulan data yang lebih besar dan berbeda atau mendeteksi anomali dalam pola perilaku pengguna. Solusi berbasis AI seperti IBM Security QRadar dapat bekerja di belakang layar dalam alat keamanan individual yang lebih efektif dan akurat,” tegasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya Solusi Teknologi Bagi Resiliensi Layanan Digital Perbankan
(dpu/dpu)