Berita  

Joe Biden Mengembangkan Robot Pembunuh, China Berpotensi Untuk Tumbang

Joe Biden Mengembangkan Robot Pembunuh, China Berpotensi Untuk Tumbang

Militer Amerika Serikat telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengembangkan drone mata-mata guna membantu Ukraina dalam perang melawan invasi Rusia.

AI yang dikembangkan militer AS digunakan untuk mendeteksi tingkat kebugaran para tentara, memprediksi kapan maskapai penerbangan militer membutuhkan perawatan, serta melacak gerak-gerik lawan di udara.

Saat ini, Pentagon tengah menyiapkan ribuan awak perang otomatis yang dilengkapi dengan AI. Diprediksi, awak bernama ‘Replicator’ itu sudah bisa digunakan pada 2026 mendatang untuk mengungguli China.

Proyek ambisius tersebut bertujuan mengejar ketinggalan militer AS dalam hal inovasi. Replicator digadang-gadang akan berukuran kecil, sangat pintar, biayanya murah, serta dibuat dalam jumlah banyak, menurut Wakil Menteri Pertahanan AS Kathleen Hicks, pada Agustus lalu.

Replicator dikatakan akan membantu membuat keputusan militer yang sulit. Selain itu, alat tersebut juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan sistem senjata militer AS.

Para ilmuwan dan ahli industri masih berdebat soal inisiatif Pentagon ini. Sebab, dalam beberapa tahun ke depan, senjata otomatis akan dipakai secara besar-besaran.

Pentagon berdalih kontrol penuhnya tetap berada di tangan manusia. Namun, menurut para ahli, kecepatan pemrosesan data dan komunikasi mesin-ke-mesin akan menyulitkan manusia untuk melakukan intervensi.

Selain AS, negara-negara lain juga tengah mengembangkan teknologi AI untuk keperluan militer. China, Rusia, Iran, India, dan Pakistan, belum menandatangani janji yang diprakarsai AS dalam menggunakan AI untuk kebutuhan militer secara bertanggung jawab.

Juru bicara Pentagon belum berkomentar soal penerapan senjata yang sepenuhnya otomatis, sesuai arahan pada 2012 silam.

Replicator diharapkan akan membawa perubahan besar dalam dunia militer. Teknologi itu dikatakan bakal mengubah mekanisme perang.

Pentagon telah memiliki 800 portofolio proyek AI yang tak terklasifikasi dan masih dalam uji coba. Machine learning dan penerapan jaringan neural dimaksudkan untuk membantu militer menyusun strategi dan menciptakan efisiensi.

Pemerintahan China juga berambisi mengembangkan AI untuk memperkuat ketahanan militernya. “China menggunakan AI untuk membuat keputusan soal siapa kawan dan lawan,” kata Chief Technology & Innovation Angkatan Udara AS, Lisa Costa.