Planet Mars hilang dari antariksa sejak akhir pekan lalu karena orbitnya membawa planet tersebut jauh dari Matahari sehingga tidak bisa terlihat selama berminggu-minggu. Fenomena ini disebut sebagai ‘konjungsi Matahari’, di mana orbit Mars bergerak melawan sisi Matahari yang mengarah ke Bumi.
Akibatnya, Mars terpisah dari Matahari dalam jarak kurang dari 1 derajat dan keduanya berada di konstelasi Libra. Setelahnya, Mars seolah lenyap dan tidak bisa diamati selama beberapa minggu karena terhalang oleh cahaya Matahari. Konjungsi Matahari terjadi setiap 2 tahun sekali dan membuat Mars dan Bumi berjarak hampir 2 kali lipat lebih jauh dari jarak normalnya, yaitu sekitar 378 juta kilometer.
Selama lebih dari 20 tahun, NASA telah mengoperasikan robot penjelajah ‘Curiosity’ dan ‘Perseverance’ untuk mengamati permukaan Mars. Selain itu, NASA juga menerbangkan helikopter ‘Ingenuity’ di atas Mars, serta beberapa pesawat ruang angkasa yang mengorbit di sekitar planet tersebut. Selama konjungsi Matahari, pengendali misi di Bumi akan kehilangan kontak dengan robot yang menjalankan misi di Mars.
Protokol tersebut dilakukan untuk mencegah kemungkinan masuknya perintah parsial yang mengganggu operasional robot atau pesawat ruang angkasa. NASA juga akan menunda pengiriman perintah ke armada Mars selama dua minggu mulai 11 hingga 25 November, dikarenakan gas panas terionisasi yang dikeluarkan dari korona matahari berpotensi merusak sinyal radio yang dikirim dari Bumi ke pesawat ruang angkasa NASA di Mars, sehingga menyebabkan perilaku yang tidak terduga.
Dalam beberapa bulan ke depan, Mars akan muncul dari sisi lebar Matahari dan terlihat lebih lama di langit sebelum fajar menyongsong, dan selama satu tahun ke depan, Mars akan mencapai oposisi dan terlihat hampir sepanjang malam dari langit Bumi.