Berita  

Video Pidato Bahasa Mandarin Jokowi Menelan Korban, Kominfo Mengungkapkan

Presiden Joko Widodo dalam Pembukaan UMKM Expo RT Brilianpreneur 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (07/12/2023)
Jakarta, CNBC Indonesia – Beredar potongan video Presiden Joko Widodo berpidato menggunakan bahasa Mandarin. Ini sudah dipastikan video hoaks yang diedit menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) atau istilahnya ‘deepfake’.

Video tersebut sempat membuat geger publik karena Jokowi terlihat fasih berbicara bahasa Mandarin dalam pidato kenegarannya.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel A. Pangerapan menegaskan bahwa video itu merupakan hasil suntingan yang menyesatkan.

“Video yang beredar tersebut disertai narasi ‘Jokowi berbahasa Mandarin’. Itu hasil suntingan yang menyesatkan,” kata Semuel dikutip dari keterangan pers, dikutip Jumat (8/12/2023).

Hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan kesamaan dengan video yang diunggah oleh kanal YouTube The U.S. – Indonesia Society (USINDO) pada 13 November 2015 lalu.

Secara visual, video tersebut identik, tetapi telah disunting dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) deepfake.

Dirjen Aptika Kementerian Kominfo menjelaskan dalam video yang sebenarnya, Presiden Joko Widodo tidak menggunakan bahasa Mandarin saat pidato.

“Ini adalah bentuk disinformasi,” tegasnya.

Semuel mengimbau agar masyarakat berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi.

Bahkan mengingatkan agar tidak ikut menyebarluaskan konten hoaks atau disinformasi dalam bentuk apapun melalui platform digital.

“Kominfo mengimbau masyarakat untuk berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi dan/atau diselewengkan, serta selalu merujuk sumber-sumber tepercaya seperti situs pemerintah dan/atau media yang kredibel.” ungkapnya.

Deepfake Jokowi Makan Korban, Kominfo Atur AI

Di kesempatan berbeda, Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria, bercerita banyak temannya yang percaya dengan sebaran deepfake Jokowi tersebut. Padahal mereka disebut orang-orang yang cukup cakap secara digital.

“Makin lama makin canggih. Banyak teman saya yang cukup digital savvy nyaris percaya pidato terjadi di Beijing sampai muncul penjelasan hasil karya deepfake,” kata Nezar dalam acara Diskusi Multi-Pemangku Kepentingan untuk Pengembangan Kerangka Etika Kecerdasan Artifisial, di Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Dia mengakui jika AI kerap digunakan untuk misinformasi dan disinformasi. Ini diproduksi baik oleh kelompok tertentu atau individu.

Penggunaan generatif AI pada deepfake bisa berkontribusi pada kekacauan informasi. Bahkan tidak bisa membedakan informasi yang benar atau tidak.

“Sedemikian mengancam generatif AI. Bisa memporak-porandakan arus informasi yang diterima,” imbuhnya.

Selain itu, AI juga digunakan dalam perang yang terjadi di jalur Gaza. Israel menggunakannya untuk menargetkan tempat-tempat tertentu.

“Kita juga dikejutkan pemanfaatan AI dalam perang. Israel menargetkan tempat-tempat di jalur Gaza,” ungkap dia.

Namun Nezar tak menutup mata jika AI bisa dimanfaatkan secara baik. Beberapa industri telah menggunakan teknologi itu, seperti kesehatan maupun transportasi.

Di kesehatan dapat menghasilkan aplikais yang berguna untuk dokter saat mendiagnosis pasien. Bidang transportasi telah dimanfaatkan oleh penerbangan.

“Penerbangan kontribusi dengan AI. Banyak yang terbang proses kendali dengan AI,” ucap Nezar.

Untuk itu, Kominfo mengeluarkan draf Surat Edaran AI yang berisi soal pedoman dan ketentuan etis pemanfaatan teknologi tersebut di Indonesia. Dengan begitu, penerapan AI bisa memaksimalkan manfaatnya dan menghindari dampak negatifnya.