Berita  

Ahli Arkeologi Menemukan Bukti Tentang Keberadaan Yesus

Patung Yesus Memberkati Gollu Potto yang Ada di Sumatera Barat

Jakarta, CNBC Indonesia – Perbedaan pendapat ilmiah mengenai sosok Yesus Kristus banyak terjadi di kalangan para ahli. Setidaknya berbagai penelitian dilakukan guna mencari bukti sejarahnya.

Berdasarkan survei pada 2015 oleh Gereja Inggris, 22 persen orang dewasa Inggris tidak percaya Yesus merupakan sosok yang nyata. Ahli arkeolog juga mencoba menjawab perbedaan tersebut. Profesor ilmu perpustakaan di Universitas Purdue dan penulis artikel Biblical Archaeology Review, Lawrence Mykytiuk mempunyai pendapat yang tegas tidak ada bukti fisik atau arkeologis soal keberadaan Yesus.

“Tidak ada yang konklusif, saya juga tidak berharap akan ada,” kata dia dikutip dari The History, Sabtu (23/12/2023). Sementara, seorang profesor studi agama di Universitas North Carolina Bart D. Ehrman juga mengatakan hal yang hampir sama. Tidak ada catatan arkeologi dari saksi pada periode yang sama dengan Yesus.

Meski demikian, absennya bukti arkeologi tidak bisa diartikan sosoknya tidak ada. Kemungkinan, pada era tersebut memang kehidupan Yesus Kristus tidak meninggalkan catatan arkeologi.

Josephus diperkirakan lahir setelah penyaliban Yesus sekitar tahun 37M. Dia merupakan bangsawan dan pemimpin militer, serta memiliki koneksi di Palestina.

Dia juga komandan di Galilea saat Pemberontakan Yahudi pertama melawan Roma tahun 66-70M. Namun Josephus disebut bukan pengikut Yesus. “Dia ada saat gereja awal mulai berdiri, jadi mengenal orang yang melihat dan mendengar soal Yesus,” ucap Mykytiuk.

Pertanyaan-pertanyaan tentang keaslian terus menyelimuti peninggalan langsung yang terkait dengan Yesus, seperti mahkota duri yang konon dikenakan saat penyaliban, (salah satu contohnya disimpan di dalam Katedral Notre Dame di Paris), dan Kain Kafan Turin, kain kafan yang konon dihias dengan gambar wajah Yesus.

Namun, para arkeolog telah mampu menemukan beberapa bukti yang memperkuat kebenaran cerita yang dikisahkan di Alkitab.

Menurut artikel yang dikutip oleh CNN Indonesia, catatan paling terperinci tentang kehidupan dan kematian Yesus berasal dari empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya.

“Semua buku-buku ini ditulis oleh orang Kristen dan jelas-jelas memiliki bias dalam apa yang mereka laporkan, dan harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang bisa diandalkan secara historis,” kata Ehrman. “Namun klaim utama mereka tentang Yesus sebagai tokoh sejarah – seorang Yahudi, dengan pengikut, yang dieksekusi atas perintah gubernur Romawi di Yudea, Pontius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius – didukung oleh sumber-sumber yang muncul belakangan dengan bias yang sama sekali berbeda.”

Catatan lain tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus. Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan “orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka.”

Ehrman mengatakan bahwa kumpulan cuplikan dari sumber-sumber non-Kristen ini mungkin tidak memberikan banyak informasi tentang kehidupan Yesus. Sementara kedatangan agama Kristen di Arab telah diketahui melalui sumber-sumber literatur yang ditulis oleh orang luar, seperti ahli Alkitab dan penerjemah terkenal St. Jerome, penemuan-penemuan baru-baru ini menunjukkan bukti-bukti kekristenan dari Arab pra-Islam itu sendiri.

Petak-petak gurun yang luas di sebelah timur Sungai Yordan mengungkapkan ribuan prasasti kuno, beberapa di antaranya bergambar salib dan menggunakan istilah-istilah Kristen.

Ahmad Al-Jallad, profesor bahasa Arab di Ohio State University, dalam tulisannya di Biblical Archaeology Review menyajikan hasil yang menarik dari misi epigrafisnya pada tahun 2019 di Wadi al-Khudari di Yordania timur laut.
Mengutip Biblical Archaeology, penelitian yang dilakukannya menghasilkan ratusan prasasti kuno, yang dicatat oleh para pengembara yang menjelajahi wilayah ini hampir dua ribu tahun lalu.

Adanya prasasti-prasasti tersebut menunjukkan rute dan lokasi sementara yang digunakan suku-suku Arab ketika berburu hewan liar dan menggembalakan ternak dan unta mereka. Salah satu prasasti tersebut mencatat nama Yesus-dengan nama yang sama dengan nama Isa yang ada di dalam Al-Quran.

Al-Jallad menceritakan kisah penemuan ini dan memberikan analisis mendalam mengenai prasasti unik tersebut. Tidak diragukan lagi, penulisnya, atau paling tidak pamannya, adalah seorang Kristen.

Exit mobile version