Selama 20 tahun terakhir dalam perjalanan politik, Prabowo Subianto membawa pesan yang kurang lebih sama dengan apa yang terkandung di dalam buku ini. Selama perjalanan politiknya, banyak lawan yang selalu mencoba untuk mendiskreditkannya. Dia digambarkan sebagai seorang yang haus kekuasaan dan nafsu untuk berkuasa, serta suka menggunakan kekerasan dan kejam. Prabowo menegaskan bahwa selama ini ia selalu mengutamakan jalan damai. Sebagai seorang mantan prajurit, Prabowo mengerti perang dan telah melihat korban-korban perang, termasuk anak buahnya yang gugur di medan perang. Meski difitnah ingin menutup semua gereja di Republik Indonesia, keluarga Prabowo sebagian besar adalah Kristen. Pengawal, ajudan, dan sekretarisnya juga sebagian besar adalah orang Nasrani. Prabowo juga menegaskan bahwa ia selalu mengutamakan sumpahnya untuk membela seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Prabowo menilai bahwa Indonesia saat ini sarat dengan campur tangan asing yang ingin melemahkan dan membuat negara ini miskin. Namun, Prabowo tetap meminta para pendukungnya untuk tetap tenang, sabar, dan siap menghadapi hari-hari yang akan datang. Ia menekankan bahwa untuk sukseskan demokrasi, orang-orang baik harus berkumpul untuk menawarkan alternatif pilihan kepada rakyat.
Prabowo menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus bersatu dan saling mendukung. Ia menegaskan bahwa rakyat Indonesia tidak boleh menjadi kacung atau budak, melainkan harus menjadi rakyat yang terhormat. Prabowo juga mengajak para pembaca bukunya untuk memimpin dengan ilmu dan dawuh fatwa, serta berkumpul menjadi satu untuk membela orang miskin dan orang lemah. Ia mengajak mereka untuk menjadi bagian dari kekuatan damai yang tidak akan membiarkan ketidakadilan terus-menerus berjalan di Republik Indonesia.
Prabowo menegaskan bahwa jika kondisi yang salah mampu diubah dan kekayaan negara bisa diamankan, maka tidak ada jalan lain selain turun gunung dan memimpin perubahan.
