Berita  

Kominfo Mempersembahkan Satelit Raksasa Kedua untuk Indonesia, Inilah Manfaatnya

Proyek satelit Indonesia yang disebut ‘SATRIA-1’ telah mulai beroperasi untuk menyediakan internet di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Presiden Joko Widodo meresmikannya bersamaan dengan pengoperasian BTS 4G di Desa Bowombaru, Talaud, Sulawesi Utara, pada Kamis (28/12) pekan ini.

SATRIA-1 difokuskan untuk menyediakan layanan umum di daerah terpencil di Indonesia seperti pendidikan, kesehatan, pertahanan, dan lainnya.

Satelit tersebut memiliki kapasitas 150Gbps yang akan tersebar ke 37.000 titik di Indonesia, yang berarti satu titik akan mendapatkan kecepatan internet 3-5Mbps.

Namun, kecepatan tersebut dianggap masih kurang untuk memenuhi kebutuhan internet di Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan bahwa hasil kajiannya menunjukkan bahwa kebutuhan di Indonesia adalah sebesar 1Tbps.

Maka dari itu, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo sedang menyiapkan proyek SATRIA-2. Dirut BAKTI Kominfo Fadhilah Mathar mengatakan bahwa sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk menggarap proyek ini.

“SATRIA-2 akan menggunakan mekanisme pinjaman luar negeri. Saat ini masih menunggu persetujuan Bappenas,” kata dia di sela-sela acara peresmian pengoperasian BTS 4G dan SATRIA-1 di Talaud.

Menteri Budi Arie mengatakan bahwa sudah banyak investor asing yang tertarik, namun ia belum bisa menyebutkan negara asal investor tersebut.

“Fokus SATRIA-2 nantinya adalah untuk meningkatkan kapasitas internet yang telah disediakan oleh SATRIA-1. Teknologi satelit sangat cocok untuk menyediakan internet di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel,” jelas Budi Arie.

Dalam proyek tersebut, BAKTI Kominfo telah menyelesaikan proyek BTS 4G di 4.990 titik hingga Desember 2023. Namun, masih ada 628 BTS 4G yang akan diselesaikan hingga semester-1 2024, khususnya di daerah kahar (force majeur) di pedalaman Papua.

Fadhilah menyatakan bahwa pembangunan di pedalaman Papua memang menantang karena tantangan geografis dan segelintir kelompok masyarakat. Pembangunan di sana juga memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan daerah lain, namun hal tersebut bukan suatu halangan bagi BAKTI Kominfo.

Exit mobile version