Perang Serangan Semut, Studi Klasik tentang Perang Gerilya

Perang Serangan Semut, Studi Klasik tentang Perang Gerilya

“Ditulis oleh Robert Taber”

“Kemungkinan perang antara tentara konvensional melawan tentara gerilya berakhir dalam kondisi tidak jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah selalu sangat tinggi,” tulis Robert Taber. Dalam buku ini, Robert membahas taktik dan hasil perang gerilya di Kuba, Tiongkok, Algeria, Vietnam, Afghanistan, dan beberapa konflik lainnya. Ia menyampaikan gagasan “hitungan multiplier” kekuatan tentara gerilya yang menjalankan taktik gerilya.

Robert Taber adalah seorang jurnalis perang yang pernah bertugas sebagai prajurit Angkatan Darat Tentara AS di Perang Dunia Kedua. Sebagai jurnalis perang, ia menghabiskan banyak waktu di Kuba pada tahun 1950an untuk mengikuti perjuangan gerilya Fidel Castro dan Che Guevara melawan Presiden Kuba dukungan AS, Fulgenico Batista.

Di Kuba, Robert menyaksikan bagaimana 500 tentara terlatih yang menjalankan taktik perang gerilya “sering kali seperti punya kekuatan 5.000 tentara atau lebih”.

Prinsip ini sekarang dikenal sebagai “hitungan multiplier” dalam menghitung kekuatan pasukan yang menyerang dengan bergerilya. Prinsip ini sangat berharga bagi saya dan TNI Angkatan Darat, karena sering kali musuh yang kita hadapi menggunakan taktik gerilya. Jika kita anggap remeh, “ah kita hanya menghadapi sekian orang, jumlah pasukan kita sepuluh kali lebih banyak”, hampir dapat dipastikan kita akan menghadapi kesulitan.

Dalam buku ini, Robert juga menyampaikan bahwa hitungan multiplier pasukan gerilya dimungkinkan karena “seluruh pasukan gerilya yang sukses terlebih dahulu sukses memenangkan hati dan dukungan warga sipil”. Dengan dukungan warga sipil, kekuatan pasukan gerilya seakan berlipat ganda karena urusan logistik seperti makan, minum, tempat tidur sering kali didukung warga sipil.

Hal ini jadi sangat penting, karena artinya jika TNI berhadapan dengan pasukan yang bergerilya, TNI harus mampu memenangkan hati warga sipil. Jika TNI mampu mendapatkan hati dan dukungan warga sipil, sebagian besar kekuatan pasukan musuh yang bergerilya akan hilang.

Artikel ini telah diambil dari tulisan Robert Taber di situs Prabowo Subianto.

Source link