Pemerintah Amerika Serikat (AS) berusaha untuk lepas ketergantungan dari chip China. Salah satu caranya dengan mendorong peningkatan produsen dalam negeri.
Dorongan itu dilakukan dengan memberikan hibah pada Microchip Technology. Departemen Perdagangan mengatakan akan memberikan dana sebesar US$162 juta (Rp 2,5 triliun).
“Penghargaan jadi langkah penting dalam upaya memperkuat rantai pasok semikonduktor lama pada segala hal,” kata Menteri Perdagangan Gina Raimondo, dikutip dari Reuters, Senin (1/8/2024).
Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produsen pada dua pabrikan mereka. Pertama untuk perluasan fabrikasi di Colorado sebesar US$90 juta (Rp 1,4 triliun) dan Oregon senilai US$72 juta (Rp 1,1 triliun).
Pengumuman ini dibuat setelah AS mengatakan ingin mengurangi ketergantungan terhadap produksi chip dari asing, termasuk dari China.
Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Lael Brainard menyebutkan chip sangat penting untuk industri otomotif, komersial, industri, pertahanan, dan dirgantara.
“Mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan global yang menyebabkan lonjakan harga dan menunggu terlalu lama untuk semuanya, dari otomotif hingga mesin cuci saat pandemi,” jelas dia.
Sementara itu CEO Microchip, Ganesh Moorthly hanya mengatakan investasi berdampak pada negara. “Investasi langsung untuk memperkuat keamanan nasional dan ekonomi kita,” ungkap Moorthly.
Dana hibah bagian dari program subsidi manufaktur dan penelitian semikonduktor. Upaya itu juga telah disetujui kongres pada Agustus 2022 lalu.
Sebelumnya program senilai US$52,7 miliar (Rp 41.900 triliun) juga telah menggelontorkan dana sebesar US$35 juta (Rp 543 miliar). Penerimanya adalah BAE Systems yang merupakan produsen chip untuk pesawat tempur.