Prabowo Subianto mengungkapkan keyakinannya dalam bukunya bahwa “ajining diri saka pucuke lathi, ajining raga saka busana”. Dia percaya bahwa harga diri seseorang terletak pada perkataannya dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan situasi. Dia mendorong untuk menghormati lawan secara sportif tanpa merendahkan mereka.
Dia juga berbicara tentang penjajahan yang saat ini mengambil bentuk yang lebih tidak terlihat. Penjajahan modern seringkali melibatkan sogokan pejabat, pengaruh terhadap intelektual, serta politik perpecahan suku dan agama ala divide et impera.
Prabowo menegaskan pentingnya belajar dari sejarah, agar kita tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Dia menyebut bahwa melalui pembelajaran dari sikap-sikap pemenang dari para pendahulu kita, terutama pendahulu yang memberi kemenangan bagi bangsa Indonesia, kita dapat menjadi bangsa yang menang.
Prabowo juga membagikan pelajaran yang dia ambil dari tokoh-tokoh besar seperti Salahuddin Al Ayyubi, yang terkenal dengan sikap kesatria dan kesantunannya terhadap lawan. Dia juga mencatat pengaruh besar dari Gus Dur, yang menginspirasi dengan sifat moderatnya dan kemampuannya untuk berdialog dengan berbagai agama.
Pada akhirnya, Prabowo ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk menghargai perjuangan para pahlawan, memberi arti pada nilai-nilai yang mereka perjuangkan, dan mempelajari serta menjalani sikap-sikap para pejuang kita.
Sumber: Prabowosubianto.com
