Jakarta, CNBC Indonesia – China mulai “mengkolonialisasi” dunia Barat melalui sektor e-commerce. Terbaru, Temu dan Shein, e-commerce asal China, kian melejit di Amerika Serikat (AS) dengan melakukan pemasaran online dan menawarkan barang-barang murah yang dikirim langsung dari China kepada konsumen.
Selain dua layanan tersebut, TikTok Shop yang merupakan e-commerce di bawah naungan ByteDance juga menambah persaingan e-commerce di Negeri Paman Sam.
Maraknya aplikasi belanja yang memberikan diskon gila-gilaan telah menciptakan persaingan baru bagi perusahaan e-commerce lokal AS seperti, Amazon, eBay, dan Etsy.
Menurut beberapa pakar industri, sebagian besar pertumbuhan mereka adalah hasil dari celah perdagangan, yang dikenal sebagai pengecualian de minimis atau de minimis exception. Pengecualian ini memungkinkan barang yang dikirim dari China dengan nilai di bawah US$800 bisa bebas bea masuk AS.
Kepala eksekutif kebijakan publik Amazon, David Zapolsky, menyebutnya ini sebagai “tren yang mengkhawatirkan” yang harus ditindak lebih lanjut oleh regulator global. “Saya pikir ada pertanyaan tentang sejauh mana beberapa model bisnis mereka disubsidi,” kata Zapolsky kepada CNBC Internasional, dikutip Selasa (30/7/2024). “Pada tingkat yang sangat taktis, ada aturan seputar apa yang dapat Anda tampilkan sebagai harga daftar vs harga jual, dan menurut saya aturan tersebut tidak selalu ditegakkan,” imbuhnya.
Shein diluncurkan di AS pada 2017, dan baru-baru ini membanjiri Google dan Facebook dengan iklan untuk mendorong ekspansi. Perusahaan tersebut dilaporkan bernilai US$66 miliar.
Sementara Temu, yang dimiliki oleh PDD Holdings, memulai debutnya di AS pada 2022, dan dengan cepat menggelontorkan miliaran dolar untuk pemasaran. Promosi yang paling menonjol melalui iklan TV “berbelanja seperti miliarder” yang ditayangkan selama Super Bowl tahun ini.
China “mengkolonialisasi” Indonesia
Strategi “penjajahan” baru dari China ini bertujuan mendatangkan sumber pendapatan baru ke perusahaan-perusahaan yang tadinya fokus pada konsumsi pasar domestik. Menurut Kementerian Perdagangan China, industri e-commerce menjadi kekuatan penting bagi sektor perdagangan luar negeri China.
Di Indonesia, e-commerce China kian menjamur dan diminati masyarakat. Misalnya saja TikTok Shop yang merupakan anak usaha ByteDance asal China. Selain itu, Temu yang merupakan aplikasi dari PDD Holdings juga dengan cepat mendulang sukses di pasar luar China. Aplikasi tersebut mulai menjarah pasar Tanah Air sejak 2023 lalu dan meraup lebih dari 100 juta download di toko aplikasi Google Play Store.
Reuters melaporkan beberapa layanan asal China yang akan makin kencang mengepakkan sayap di kancah internasional adalah Shein, Temu, dan AliExpress. Layanan-layanan itu menjual produk-produk buatan China untuk secara cross-border dengan harga sangat murah. Diprediksi pertumbuhannya akan makin besar dalam beberapa tahun ke depan, seperti dilansir dari Reuters.
Taktik cross-border yang digencarkan China bisa mematikan bisnis lokal di negara-negara lain, termasuk di Indonesia. Untuk menanggulangi hal ini, Kementerian Perdagangan beberapa saat lalu mengeluarkan kebijakan dalam penetapan batas harga barang impor paling murah yang boleh dijual di platform e-commerce. Hal itu diputuskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 31/2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Permendag ini diundangkan dan berlaku mulai 26 September 2023.
Salah satu poin pada Pasal 19 ayat (2) disebutkan bahwa harga barang minimum pada kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang bersifat cross-border senilai US$ 100 atau setara Rp 1,6 juta. Sementara itu, pada pasal 19 ayat (3) disebutkan, jika harga barang dalam bentuk mata uang yang berbeda, bukan dolar AS (USD/US$), maka dilakukan konversi menggunakan nilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.