Jakarta, CNBC Indonesia – Microsoft dan BlackRock telah mengumpulkan dana hingga US$100 miliar (Rp 1.512 triliun) untuk mengembangkan pusat data untuk kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur energi guna memberi daya pada pusat data tersebut.
Kerjasama antara kedua perusahaan ini melibatkan perusahaan-perusahaan yang menjadi bagian dari Kemitraan Investasi Infrastruktur Kecerdasan Buatan Global, atau GAIIP.
Anggota lainnya termasuk Global Infrastructure Partners atau GIP, investor infrastruktur yang diakuisisi oleh BlackRock, dan MGX, investor teknologi di Uni Emirat Arab.
“Kami berkomitmen untuk memastikan AI membantu memajukan inovasi dan mendorong pertumbuhan di setiap sektor ekonomi,” kata CEO Microsoft Satya Nadella.
Lalu, apa dampaknya bagi Indonesia?
Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan bahwa setidaknya ada beberapa aspek dampak tidak langsung bagi Indonesia.
Pertama, mengenai peluang kemitraan, pemerintah dapat memanfaatkan peluang investasi dari inisiatif global ini dalam skala global. Terlebih lagi, Indonesia sebagai negara berkembang dengan ekonomi digital yang terus berkembang.
Ia melihat bahwa perusahaan dan sektor di industri ini dapat bekerja sama dengan perusahaan besar seperti Microsoft dan BlackRock untuk mengembangkan pusat data di wilayah-wilayah strategis dan kawasan ekonomi khusus atau kawasan industri khusus.
“Beberapa data dari World Bank menunjukkan bahwa tahun depan kita akan mencapai 150 miliar dolar nilai bruto merchandise,” ujar Hendra kepada CNBC Indonesia melalui telepon pada Jumat (20/9/2024).
Kedua, terkait perkembangan infrastruktur teknologi di Indonesia. Jika investasi Microsoft dan BlackRock berhasil dalam mengembangkan AI di sektor teknologi global, permintaan infrastruktur serupa juga dapat meluas hingga ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pengembangan AI dalam skala besar ini memerlukan dukungan dari infrastruktur yang memadai, jaringan 5G, energi terbarukan, dan pusat data yang juga memenuhi persyaratan pusat data hijau.
Menurut Hendra, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk memanfaatkan peluang ini.
“Karena jika kita melihat, untuk energi terbarukan di Asia Tenggara, Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi terbesar,” ujar Hendra.
“Jadi ini dapat mendukung penggunaan untuk kebutuhan teknologi tinggi ini yang akan diinvestasikan oleh Microsoft,” tambahnya.
Ketiga adalah pengembangan talenta AI lokal. Dengan meningkatnya investasi di sektor AI secara global, permintaan akan talenta teknologi di bidang tersebut juga akan meningkat.
“IDPRO sendiri sudah bekerja sama dengan Korica, jadi kita sedang dalam proses mencari solusi pelatihan yang membantu meningkatkan kesadaran dalam bidang AI, dan kemungkinan mencetak pool of talent-nya, sehingga ke depan yang terkait dengan data science atau pemanfaatan teknologi AI dapat berjalan lebih berkelanjutan dan lebih luas,” ujarnya.
Dampak lain yang perlu diperhatikan adalah aspek regulasi. Menurutnya, AI dapat menjadi senjata bermata dua. Oleh karena itu, perlu kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan perusahaan teknologi untuk memastikan bahwa tindak pidana atau kejahatan lain yang terkait dengan platform AI dapat diantisipasi.
Secara keseluruhan, investasi ini awalnya difokuskan di Amerika Serikat. Namun, akan muncul peluang besar bagi Indonesia jika infrastruktur teknologi dan energi yang tepat dapat dipersiapkan. Sehingga Indonesia dapat menjadi tempat bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan Blackrock untuk berinvestasi di Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat regional dari pusat data AI ini. Karena dari segi populasi besar, nilai bruto merchandise yang besar, dan potensi energi terbarukan yang dapat dibangun di sini juga besar,” pungkasnya.