Serangan siber yang dilancarkan oleh China ke Amerika Serikat membuat pemerintah AS menghadapi tantangan besar. Presiden Joe Biden bersama tim Gedung Putih tengah berjuang untuk melawan para peretas yang menargetkan penyedia layanan telekomunikasi di AS. Meski demikian, pejabat siber AS mengungkapkan bahwa Beijing masih memiliki kemampuan untuk memata-matai sejumlah warga AS.
Anne Neuberger, Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Siber dan Teknologi Berkembang Gedung Putih, menjelaskan bahwa tim respons spesial Gedung Putih telah melakukan pertemuan harian guna membahas serangan yang berasal dari China. Selain itu, Gedung Putih juga terus berkoordinasi dengan 8 penyedia layanan telekomunikasi yang telah diincar oleh para peretas yang dikenal dengan nama ‘Salt Typhoon’.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya, hingga saat ini belum ada penyedia layanan telekomunikasi di AS yang mampu sepenuhnya mengusir para peretas China dari jaringan mereka. Hal ini membuat warga AS masih rentan terhadap aksi mata-mata China. Neuberger menegaskan bahwa konsekuensi dari risiko tersebut bisa sangat besar, mengingat China memiliki akses yang luas terhadap komunikasi sehari-hari warga AS.
Dilaporkan bahwa para peretas Salt Typhon telah berhasil membobol infrastruktur beberapa perusahaan telekomunikasi, mengakses komunikasi rahasia di ponsel pejabat pemerintahan, hingga metadata pengguna ponsel di AS. Beberapa nama besar seperti Donald Trump dan JD Vance telah menjadi target aksi mata-mata dari China.
Investigasi terhadap pembobolan yang dilakukan oleh China ini telah dilakukan sejak musim semi. Namun, baru pada bulan November pihak FBI dan CISA mengkonfirmasi bahwa data seluler, panggilan, pesan singkat, dan informasi sensitif dari beberapa perusahaan telah diretas oleh hacker China. Neuberger juga menambahkan bahwa selain AS, sejumlah negara lain di dunia juga menjadi korban dari aksi peretasan ini.
Dalam situasi ini, Neuberger menekankan bahwa meskipun pelaksanaan praktik keamanan siber bisa sulit, namun pemulihannya bisa dilakukan dengan mudah. Upaya pencegahan dan perlindungan data terus dilakukan agar serangan siber semacam ini bisa diminimalisir di masa depan.