Modus penipuan online yang dikenal sebagai ‘pig butchering’ telah berhasil merampok miliaran dolar AS dari korban di seluruh dunia. Kejahatan tersebut semakin marak sejak pandemi Covid-19. Penipuan pig butchering melibatkan platform investasi palsu yang menipu korban dengan iming-iming keuntungan besar. Pelaku penipuan ini umumnya menyamar sebagai teman atau pasangan romantis melalui media sosial sebelum membujuk korban untuk berinvestasi dalam platform tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh profesor keuangan John Griffin, jaringan kriminal telah berhasil mentransfer lebih dari US$75 miliar melalui mata uang kripto selama 4 tahun terakhir, dengan Tether sebagai yang paling sering digunakan. Penipuan pig butchering juga terkait dengan jaringan perdagangan manusia di Asia Tenggara.
Seorang sosok kunci dalam modus penipuan ini adalah Wan Kuok-koi alias ‘Broken Tooth’, seorang mantan mafia asal Makau yang kini dikenal sebagai pengusaha. Meskipun masih diduga terlibat dalam kegiatan kriminal, Wan belum ditangkap oleh pihak berwajib, menunjukkan kegagalan dalam penegakan hukum global.
Wan diduga telah mendirikan asosiasi Hongmen di Kamboja pada tahun 2018, sebuah kelompok yang disinyalir terlibat dalam kejahatan siber. Investigator mengidentifikasi Dongmei Zone sebagai salah satu markas sindikat penipuan paling awal, tempat ribuan orang ditipu dengan janji palsu tentang pekerjaan legal.
PBB memperkirakan lebih dari 200.000 orang terjebak di pusat-pusat penipuan di Asia Tenggara. Meskipun telah dilakukan investigasi dan sanksi oleh otoritas AS di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja, upaya untuk membasmi praktik ini belum berhasil sepenuhnya. Wan sendiri membantah keterlibatan dalam aktivitas kriminal tersebut, mengklaim bahwa asosiasi Hongmen mengikuti aturan yang berlaku dan bahwa dia fokus pada bisnis yang legal. Penelusuran terhadap Wan menunjukkan keberadaannya berpindah-pindah di beberapa lokasi seperti Makau, Hong Kong, dan Kuala Lumpur.