Teknologi medis telah berkembang pesat dan menjadi standar dalam bidang kesehatan saat ini. Namun, tidak selalu demikian di masa lalu, di mana penduduk Indonesia lebih memilih bantuan dukun daripada dokter terlatih maupun obat-obatan modern. Menariknya, seorang dokter Jerman, Friedrich August Carl, diam-diam melakukan penelitian terhadap praktik dukun di Semarang pada tahun 1823. Keanekaragaman tumbuhan obat di Indonesia kemudian menarik perhatiannya, dan Carl pun mulai mempelajari serta menguji efektivitas obat-obatan herbal tersebut.
Hasil penelitiannya membuka mata dunia medis terhadap potensi obat-obatan herbal dalam pengobatan modern. Carl bahkan berhasil memadukan penggunaan obat-obatan herbal tradisional dengan metode ilmiah, membuktikan bahwa obat-obatan herbal dapat menjadi alternatif yang efektif dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Karyanya yang menggali obat tradisional Jawa tersebut, terutama teori yang menyertainya, mengubah pandangan masyarakat terhadap pengobatan herbal tradisional.
Berbagai obat herbal yang ditemukan Carl kemudian dijadikan sebagai panduan praktis oleh dokter-dokter di Hindia Belanda. Hal ini berdampak positif pada sistem kesehatan, karena pengobatan dengan obat herbal menjadi semakin mudah diakses dan dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi penyakit-penyakit modern. Friedrich August Carl pada akhirnya diakui sebagai pelopor dalam pengobatan herbal Indonesia di akhir abad ke-19.
Kisah Carl menegaskan bahwa tradisi lokal dan ilmu kedokteran modern dapat dengan harmonis berdampingan. Obat-obatan herbal, meskipun berasal dari akar budaya tradisional, mampu memberikan kontribusi positif dalam memperkaya praktik medis di era kontemporer. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat, obat-obatan herbal dapat menjadi alternatif yang efektif dan berkelanjutan dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat secara menyeluruh.