Tarif ojek online kerap berubah tanpa alasan yang jelas, meski jarak yang ditempuh sama. Hal ini terungkap dalam hasil Focus Group Discussion (FGD) oleh M Irfan Dwi Putra, Junior Researcher di Center for Digital Society (CfDS), Universitas Gadjah Mada. Irfan mencatat perbedaan tarif untuk perjalanan sejauh 5,1 kilometer dari Blok M, Jakarta Selatan ke rumahnya, dengan perbedaan signifikan dalam waktu tiga minggu. Hal ini dipicu oleh penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam sistem ride-hailing, di mana algoritma kompleks AI memproses data, membuat keputusan, dan menentukan tarif tanpa transparansi.
Dampak dari ketidaktransparanan ini tidak hanya dirasakan oleh pengguna, tetapi juga oleh para driver. Tarif yang berubah-ubah tanpa alasan yang jelas dapat merugikan driver dalam industri ride-hailing. Selain itu, algoritma AI juga mempengaruhi distribusi pesanan yang tidak merata, menimbulkan ketidakpastian dalam jam kerja dan pendapatan driver. Agar masalah ini dapat diatasi, perlu adanya aturan yang mewajibkan transparansi dari perusahaan transportasi online dalam operasional mereka.
Penerapan konsep explainable AI (XAI) menjadi solusi untuk menjelaskan setiap keputusan yang diambil oleh sistem AI dalam menetapkan tarif, memilih driver, dan mempertemukan driver dengan pengguna. Negara-negara seperti Uni Eropa telah menerapkan regulasi terkait transparansi dalam AI, yang dapat dijadikan contoh untuk memberikan akses kepada pengguna dan driver untuk memahami bagaimana sistem AI dalam platform ride-hailing bekerja. Dengan transparansi ini, keputusan algoritma tidak lagi terasa sewenang-wenang, dan pengguna serta driver dapat merasa diperlakukan dengan lebih adil dalam setiap transaksi.