Pada tanggal 17 Februari 2023, Ambon dihantam oleh tsunami dahsyat setinggi 90-110 meter, yang merupakan peristiwa yang terjadi lebih dari 350 tahun yang lalu. Gempa besar dengan kekuatan M 7,9 telah terjadi sebelumnya, menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah termasuk Leitimor. Tsunami ini terutama melanda pesisir Utara Pulau Ambon, menurut Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama. Ilmuwan Belanda, Georg Eberhard Rumphius, mencatat bahwa lebih dari 2.000 orang tewas dalam bencana ini dan banyak rumah mengalami kerusakan berat. Bahkan Pesisir Utara Semenanjung Hitu juga mengalami kerusakan serius akibat tsunami tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Maluku sering kali mengalami gempa bumi dan penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. BMKG terus mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami dan memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan mereka menghadapi potensi tsunami di masa depan. Ancaman gempa dan tsunami di Ambon harus dihadapi dengan kerjasama semua pihak dan peningkatan kapasitas personal dan komunal dalam menghadapi risiko bencana. Program-program mitigasi bencana perlu dilakukan secara berkelanjutan di Ambon dan sekitarnya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan dan perlindungan diri.
Menurut Pj. Wali Kota Ambon, Dominggus Nicodemus Kaya, edukasi, pemetaan daerah rawan bencana, penyusunan dokumen kedaruratan, dan latihan kesiapsiagaan merupakan langkah-langkah penting dalam meningkatkan kapasitas masyarakat Ambon dalam menghadapi bencana. Masyarakat Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community harus menjadi tujuan bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan siap menghadapi ancaman bencana.