Perusahaan teknologi multinasional asal China, Xiaomi, aktif berkolaborasi dengan pihak kepolisian setelah terjadi kecelakaan fatal melibatkan kendaraan listrik SU7 pada 29 Maret lalu. Reuters melaporkan bahwa insiden tersebut merupakan kecelakaan besar pertama yang melibatkan sedan SU7 Xiaomi yang diluncurkan pada Maret tahun sebelumnya. Saat ini, saham Xiaomi mengalami penurunan sebesar 5,5% setelah kenaikan sebesar 34,8% sepanjang tahun ini. Kendaraan tersebut dilaporkan menggunakan fitur Navigate on Autopilot (NOA) sebelum kecelakaan terjadi, dengan kecepatan sebesar 116 kpj (72 mph).
Informasi dari Xiaomi menunjukkan bahwa mobil dalam mode bantuan cerdas dijalankan oleh seorang pengemudi sebelum terjadi kecelakaan. Pengemudi mencoba mengontrol kecepatan mobil tetapi akhirnya menabrak tiang semen dengan kecepatan 97 kpj. Kecelakaan tersebut tragisnya menewaskan pengemudi dan dua penumpang di provinsi Anhui, China timur. Setelah mengumpulkan data, Xiaomi menyampaikan bahwa NOA memberikan peringatan akan adanya hambatan di depan mobil hanya beberapa detik sebelum tabrakan terjadi.
Media lokal melaporkan bahwa mobil tersebut terbakar setelah kecelakaan, namun, pernyataan resmi dari Xiaomi tidak menyebutkan insiden tersebut. Xiaomi sendiri mulai memproduksi mobil listrik tahun lalu dengan peluncuran sedan SU7 setelah sukses dalam penjualan ponsel pintar dan perangkat rumah tangga cerdas selama bertahun-tahun. Perusahaan tersebut memiliki dua versi sistem smart driving pada EV SU7-nya, dengan versi LiDAR kelas atas yang memungkinkan fitur navigasi perkotaan seperti penghindaran tabrakan.
Mobil yang terlibat dalam kecelakaan diketahui merupakan versi standar dari SU7 tanpa teknologi canggih seperti LiDAR. Adapun informasi lebih lanjut terkait kecelakaan tersebut dapat diakses melalui sumber link yang telah disertakan. Melalui kerja sama dengan pihak berwenang, Xiaomi berkomitmen untuk memberikan informasi yang tepat dan transparan terkait kecelakaan yang melibatkan kendaraan listrik SU7 mereka.
