Tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut sebagai buatan Artificial Intelligence (AI). Penghitungan ini didasarkan pada analisa dari ekonom James Surowiecki dan laman The Verge. Menurut The Verge, angka tarif baru ini diperoleh dari perhitungan sederhana yang dilakukan oleh chatbot AI. Surowiecki menjelaskan bahwa seseorang dapat menciptakan angka yang sama dengan perhitungan Gedung Putih hanya dengan mengambil defisit perdagangan suatu negara dengan AS dan membaginya dengan total ekspor ke AS.
Media AS, Politico juga mencurigai bahwa penghitungan tarif tersebut didorong oleh AI. Beberapa pengguna mencoba menguji chatbot seperti ChatGPT, Gemini, Claude, dan Grok, dan hasilnya menunjukkan bahwa perhitungan berdasarkan defisit perdagangan dibagi total ekspor sama persis. Namun, Gedung Putih membantah klaim tersebut dan berjanji untuk mempublikasikan rumus yang digunakan.
Kebijakan tarif impor yang dikeluarkan Trump memberikan beban pada sejumlah negara, dengan penerapan tarif impor 10% ke semua negara dan adanya tarif resiprokal. Besaran tarif yang diberlakukan pada setiap negara berbeda, tergantung dari defisit perdagangan yang ditimbulkan. Sebagai contoh, Indonesia dikenakan tarif sebesar 32%.(policy/npb/wur)