Presiden Donald Trump memutuskan untuk meningkatkan tarif impor China hingga 145%, hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku e-commerce di Amerika Serikat (AS). Para penjual asal China yang bergantung pada platform seperti Amazon mulai menaikkan harga produk mereka dan mempertimbangkan untuk menghentikan aktivitas bisnis di pasar AS. Keputusan ini menyebabkan potensi krisis bagi e-commerce di AS, dengan struktur biaya produksi dan distribusi terganggu, sangat sulit bagi banyak pelaku usaha untuk bertahan. Wang Xin dari Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association menggambarkan kenaikan tarif ini sebagai pukulan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang tidak hanya berdampak pada pajak namun juga seluruh struktur biaya dan distribusi. China, sebagai sumber sekitar setengah penjual di Amazon, menghadapi kemungkinan kehilangan banyak penjual dengan pendapatan yang signifikan. Banyak dari mereka sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan pasar AS, dengan beberapa penjual berencana untuk menaikkan harga produk hingga 30% dan yang lainnya akan sepenuhnya meninggalkan pasar AS.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah ketergantungan Amazon pada penjual China, tanpa opsi lain untuk pasar yang sebesar AS, produsen China menghadapi risiko perang harga di pasar lain yang bisa mengurangi profitabilitas secara keseluruhan. Selain Amazon, platform e-commerce lainnya seperti Shein dan Temu yang juga bergantung pada basis produksi di China ikut terkena imbas dari kebijakan tarif yang ditingkatkan ini. Situasi ini mencerminkan betapa besar skala ekonomi yang terancam dengan nilai perdagangan e-commerce lintas negara yang mencapai triliunan dolar tahun lalu. Dalam konteks ini, pasar e-commerce Amerika Serikat terancam menghadapi krisis yang signifikan dengan potensi dampak global yang luas.