BMKG memberikan prediksi mengenai musim kemarau 2025 di Indonesia. Diprediksi bahwa musim kemarau akan terjadi lebih singkat dan tidak serempak. Bulan April ini, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan masuk ke dalam musim kemarau, dengan wilayah yang lebih luas mulai mengalami kemarau pada bulan Mei dan Juni. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi dari Juni hingga Agustus 2025, dengan kemarau normal mencakup 60% wilayah, 26% wilayah lebih basah dari normal, dan 14% kemarau lebih kering dari biasanya.
Dwikorita juga memberikan rekomendasi bagi sektor-sektor vital dalam menghadapi musim kemarau, termasuk sektor pertanian. Disarankan agar penanaman dilakukan sesuai dengan prediksi awal kemarau di tiap wilayah, serta memilih varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Bagi wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah, ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan produksi dengan pengendalian hama yang tepat. Meskipun musim kemarau telah dimulai, beberapa wilayah di Indonesia masih diprediksi akan terus diguyur hujan, terutama pada sore dan malam hari. Hal ini dipengaruhi oleh konvergensi dan labilitas lokal yang mendukung proses konvektif pada skala lokal. Konvergensi atau pertemuan massa udara dan Labilitas Lokal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya hujan. Oleh karena itu, kondisi ini dapat mendorong pembentukan awan konvektif yang menghasilkan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.