Peneliti menemukan tanda kerusakan Bumi yang mengindikasikan perubahan iklim yang perlu diwaspadai oleh seluruh penghuni planet. Salah satunya adalah adanya titik kerusakan sistem sirkulasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) yang berlangsung lebih cepat dari sebelumnya, menandakan ‘kiamat’ Bumi yang muncul di Samudra Atlantik. Temuan ini didasarkan pada model komputer dan data masa lalu yang dipelajari oleh para peneliti untuk mengembangkan indikator peringatan dini terhadap kondisi kerusakan atau perubahan sistem arus laut.
AMOC memiliki peran vital sebagai sabuk pengangkut laut yang mengatur distribusi panas, karbon, dan nutrisi dari daerah tropis ke Lingkaran Arktik. Fenomena ini merupakan bagian dari proses besar yang mendistribusikan energi ke seluruh permukaan Bumi dan mempengaruhi dampak pemanasan global yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia. Perubahan drastis dalam AMOC ini, yang terjadi secara mendadak dan tidak terjadi sejak ribuan tahun lalu, dapat berdampak luas pada kondisi global di masa depan.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa AMOC telah mengalami penurunan signifikan sejak tahun 1950 hingga mencapai 15%, menjadi yang terlemah dalam satu milenium terakhir. Proyeksi perubahan suhu laut membuat para ilmuwan memperkirakan bahwa titik kritis akan terjadi antara tahun 2025 hingga 2095, meskipun temuan ini belum sepenuhnya diakui oleh semua pihak.
Laporan terbaru dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) mencatat bahwa suhu Bumi pada Januari 2025 sudah 1,75 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan era pra-industri, yang memperkuat prediksi bahwa Bumi akan melampaui ambang batas pemanasan global 1,5 derajat Celsius dalam 10 tahun ke depan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga telah menyerukan percepatan target netral karbon untuk menjinakkan dampak pemanasan global.
Dengan fenomena pemanasan global yang semakin nyata melalui cuaca ekstrem, para ilmuwan dan organisasi terkait memberikan peringatan tentang dekade paling krusial dalam sejarah manusia. Jika kondisi ini terus berlanjut, dunia akan menghadapi berbagai bencana yang meliputi percepatan kepunahan spesies, gangguan pada ekosistem, dan ancaman terhadap keberlangsungan hidup manusia. Upaya mitigasi harus segera dilakukan oleh seluruh masyarakat global untuk menghadapi tantangan dan perubahan dramatis dalam lingkungan global yang semakin tidak terkendali.