Pada 31 Maret 1912, Harland and Wolff, sebuah perusahaan kapal dari Inggris, berhasil menyelesaikan pembangunan kapal RMS Titanic, kapal terbesar dan paling canggih pada zamannya. Kapal megah ini dipercaya tahan terhadap badai samudra, dan banyak orang yakin bahwa bahkan Tuhan pun tidak bisa menenggelkannya. Namun, sembilan hari setelah diluncurkan, kapal itu menabrak gunung es di lautan dan mulai tenggelam. Pada 15 April 1912, Titanic karam di Samudra Atlantik, menyisakan 707 orang selamat dari 2.208 penumpang. Kejadian ini masih menjadi misteri dan menarik perhatian banyak orang, dengan artefak yang berhasil diselamatkan kini dipamerkan di museum oleh RMS Titanic Inc., sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat nilai sejarah.
Di balik tragedi Titanic, masih terdapat banyak teori tentang penyebab tenggelamnya kapal tersebut. Salah satu teori yang menarik muncul dari sejarawan Tim Maltin yang menyebutkan bahwa malam itu, posisi bulan yang sangat dekat dengan bumi menyebabkan air laut pasang tinggi, menggeser gunung es ke jalur pelayaran Titanic yang seharusnya aman. Kendati tragedi ini menjadi cermin kegagalan manusia, banyak juga yang percaya bahwa kondisi alam yang tak terduga turut berperan dalam tenggelamnya kapal legendaris itu. Meskipun demikian, penyebab pasti tenggelamnya Titanic masih menjadi teka-teki dan terus diteliti oleh para ahli hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, kisah tragis Titanic tetap menjadi topik diskusi yang menarik dan kontroversial, memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat dan dunia industri kapal.