Pemanasan global menjadi momok bagi umat manusia, terutama dalam konteks kesehatan makanan. Hal ini terbukti dalam kasus Sumitra Sutar, seorang warga di desa Haroli, Maharashtra, India yang mengalami keracunan makanan akibat bakteri. Suhu Bumi yang semakin panas memicu pertumbuhan patogen seperti Bacillus cereus dalam makanan yang disimpan setelah dimasak. Hal ini membuat para peneliti dan pekerja kesehatan memberikan peringatan akan potensi kontaminasi dan wabah penyakit bawaan dari makanan akibat pemanasan global.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya sekitar 600 juta orang jatuh sakit akibat penyakit bawaan makanan, dengan 420.000 kematian. Faktor lain yang memperparah situasi ini adalah praktik pertanian dan rantai pasokan pangan yang kurang ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga meningkatkan risiko penyebaran bakteri penyebab penyakit dari makanan seperti salmonella. Masyarakat perlu mendapatkan edukasi lebih lanjut mengenai keterkaitan antara perubahan iklim dan peningkatan risiko penyakit dari makanan.
Kesalahpahaman masyarakat tentang efek cuaca dingin terhadap patogen juga menjadi perhatian para ahli. Padmashri, seorang pekerja medis di desa Haroli, menghadapi kesulitan dalam menjelaskan bahwa perubahan iklim memainkan peran penting dalam meningkatkan risiko penyakit dari makanan. Hal ini menunjukkan pentingnya penyuluhan dan pemahaman yang lebih dalam terkait dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat.