Penelitian terbaru mengungkapkan fakta mengejutkan tentang perubahan posisi Bumi selama dua dekade terakhir. Ilmuwan menemukan bahwa rotasi Bumi telah mengalami pergeseran yang signifikan sejak awal tahun 2000 akibat kehilangan air di daratan. Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Science, Bumi kehilangan lebih dari 1.600 gigaton air tanah hanya dalam rentang waktu 2 tahun, yakni antara tahun 2000 hingga 2002. Hal ini menyebabkan perubahan sumbu rotasi Bumi sebesar sekitar 45 cm, pergeseran yang sebelumnya tidak terkait dengan inti Bumi, pencairan es, atau rebound glasial.
Profesor Clark Wilson, seorang ahli geofisika dari University of Texas di Austin dan salah satu penulis studi tersebut, menjelaskan bahwa perpindahan massa air dari daratan ke lautan secara signifikan memengaruhi momen inersia Bumi, yang pada akhirnya menyebabkan pergeseran pada poros putar planet ini. Studi ini menggunakan data radar satelit dan model kelembaban tanah untuk merekonstruksi perubahan deposit air global sejak akhir abad ke-20 dan menemukan bahwa kenaikan permukaan laut global sekitar 1,95 mm per tahun antara tahun 2000 dan 2002 disebabkan oleh penurunan tajam kelembaban tanah.
Pada rentang waktu 2003 hingga 2016, sebanyak 1.000 gigaton air tanah kembali hilang dan hingga tahun 2021, tingkat kelembaban tanah belum pulih sepenuhnya, menunjukkan adanya pergeseran jangka panjang dalam penyimpanan air daratan. Perubahan sumbu Bumi ini juga terkait dengan wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem seperti Asia Timur dan Tengah, Amerika Utara dan Selatan, serta Afrika Tengah.
Meskipun pergeseran ini terlihat kecil, namun pengukuran yang presisi sangat penting karena dapat berdampak pada keakuratan sistem GPS di seluruh dunia. Oleh karena itu, gerak sumbu Bumi terus dipantau secara cermat hingga ke detil milimeter guna memastikan keakuratan sistem navigasi global.