Microsoft tengah mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) bernama Aurora yang mampu memberikan prakiraan cuaca yang lebih akurat dengan biaya yang lebih efisien. Dengan kemampuannya melacak kualitas udara, pola cuaca, dan badai tropis, model AI ini mampu menghasilkan prakiraan cuaca selama 10 hari ke depan. Menurut laporan penelitian yang diterbitkan di Nature, Aurora bahkan dapat mengungguli pusat operasi prakiraan badai tropis untuk pertama kalinya.
Model prediksi cuaca tradisional biasanya memerlukan daya komputasi yang besar berdasarkan pada prinsip fisika dasar, sehingga memiliki biaya yang tinggi. Namun, model Aurora diklaim memiliki biaya komputasi yang 100 kali lebih rendah daripada metode tradisional. Sebelum Microsoft, Huawei telah merilis model AI Pangu-Weather pada 2023, yang mungkin menjadi pemicu perubahan dalam prediksi cuaca di seluruh dunia.
Aurora adalah model AI pertama yang secara konsisten lebih unggul dibanding pusat prediksi lain dalam menggambarkan lintasan angin topan selama 5 hari. Microsoft juga sukses memprediksi dengan lebih baik daripada Pusat Prakiraan Cuaca Jarak-Menengah Eropa (ECMWF) dalam ramalan 10 hari ke depan. Selain itu, Google juga telah mengumumkan model GenCast yang dapat melewati akurasi ECMWF dalam rekaman bencana iklim pada 2019.
Para ilmuwan cuaca percaya bahwa era transformasi dalam ilmu cuaca telah dimulai, dan model-model AI semacam Aurora dapat menjadi landasan untuk sistem prakiraan cuaca resolusi tinggi di masa depan. Badan cuaca di seluruh dunia mulai tertarik untuk mengadopsi teknologi kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi prediksi cuaca.