Sejak awal 2000-an, rotasi Bumi telah mengalami pergeseran yang signifikan karena kehilangan air tanah. Studi terbaru menunjukkan bahwa dalam rentang dua tahun, yaitu pada periode 2000 hingga 2002, lebih dari 1.600 gigaton air hilang dari daratan. Perubahan ini mengakibatkan sumbu rotasi Bumi berubah sekitar 45 cm, yang disebabkan oleh redistribusi massa air dari daratan ke lautan. Profesor Clark Wilson dari University of Texas di Austin, salah satu penulis studi tersebut, menjelaskan bahwa perpindahan massa air ini memengaruhi momen inersia Bumi, yang pada akhirnya menggeser poros putar planet kita.
Penelitian yang dipimpin oleh Prof Ki-Weon Seo dari Seoul National University menggunakan data radar satelit dan model kelembaban tanah untuk menganalisis perubahan deposit air global sejak akhir abad ke-20. Hasil temuan menunjukkan bahwa antara tahun 2000 dan 2002, terjadi penurunan tajam kelembaban tanah yang berdampak pada kenaikan permukaan laut global sebesar 1,95 mm per tahun, melebihi kontribusi dari pencairan es Greenland. Trend pengeringan ini berlanjut hingga tahun 2016, dengan 1.000 gigaton air tanah yang hilang kembali.
Pergeseran sumbu Bumi ini juga menimbulkan dampak negatif pada wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem, seperti Asia Timur dan Tengah, Amerika Utara dan Selatan, serta Afrika Tengah. Meskipun perubahan ini terlihat kecil, pengukuran presisi sangat penting, terutama dalam menentukan akurasi sistem GPS global. Oleh karena itu, pemantauan gerakan sumbu Bumi harus dilakukan dengan sangat teliti hingga ke tingkat milimeter.