Berita  

Wilayah RI Dikurung Tanda Kiamat Bumi: Petaka Bertubi-tubi

Wilayah RI Dikurung Tanda Kiamat Bumi: Petaka Bertubi-tubi

Berita terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan bahwa wilayah laut di Asia Tenggara dan Pasifik sepanjang 2024 mengalami gelombang panas laut sepanjang 40 juta kilometer persegi, mencapai lima kali ukuran Benua Australia. Dalam laporan berjudul “State of the Climate”, WMO mencatat bahwa suhu rata-rata kawasan tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,48 derajat Celsius dibandingkan dengan periode referensi 1991-2020. Kenaikan suhu ini diikuti oleh serangkaian bencana cuaca ekstrem, seperti longsor di Filipina, banjir di Australia, dan pencairan gletser di Indonesia.

Menurut Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, kenaikan permukaan laut menjadi ancaman eksistensial bagi negara-negara kepulauan. WMO mencatat bahwa kenaikan permukaan laut di wilayah tersebut mencapai hampir 4 milimeter per tahun, melebihi rata-rata global sebesar 3,5 milimeter. Gelombang panas laut juga menyebabkan peristiwa pemutihan karang massal kelima di Great Barrier Reef, Australia, sejak 2016. Beberapa bencana besar lain yang tercatat dalam laporan tersebut termasuk banjir dan longsor di Filipina, suhu tinggi di Australia, banjir di Singapura dan Malaysia, banjir bandang di Sumatra dan Australia utara, dan kehilangan es di Papua, Indonesia.

Direktur WMO untuk Asia-Pasifik, Ben Churchill, menegaskan bahwa laporan ini adalah peringatan kuat bagi dunia dan menunjukkan bahwa kita menghadapi kejadian-kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Temuan dalam laporan juga memperkuat seruan dari komunitas ilmiah akan perlunya tindakan iklim yang lebih tegas dan cepat, terutama di wilayah Asia-Pasifik yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Berbagai peneliti dan ilmuwan juga menyatakan keprihatinan atas lonjakan suhu laut yang belum sepenuhnya dapat dijelaskan, yang berdampak pada spesies laut yang mengalami stres termal akibat gelombang panas laut yang terjadi. Semua temuan ini menuntut respons yang tepat dan segera untuk melindungi lingkungan laut dan ekosistem di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik.

Source link