Lembaga Antariksa Amerika Serikat, NASA, telah mengungkapkan prediksi yang mengerikan mengenai masa depan Bumi. Mereka memperkirakan bahwa permukaan air laut akan naik antara 3 hingga 6 kaki pada akhir abad ini, disebabkan oleh mencairnya es kutub akibat perubahan iklim. Dampaknya, ratusan juta orang berisiko kehilangan tempat tinggal, terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir. Jakarta, Indonesia, merupakan salah satu kota yang paling rentan terkena dampak banjir dan tenggelam di masa depan.
Perubahan iklim telah menyebabkan banjir yang semakin sering, termasuk di wilayah Jabodetabek dan Jawa, yang dianggap sebagai gejala awal dari bencana yang lebih besar. Kota Jakarta, yang terletak di dataran rendah bekas rawa dan dilewati oleh 13 sungai, mengalami kenaikan permukaan air sekitar 17 cm per tahun. Banjir besar telah merenggut nyawa dan menyebabkan kerugian besar di masa lalu, seperti yang terjadi pada tahun 2007.
Selain Jakarta, beberapa kota besar lain di dunia juga terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut, seperti Alexandria, Miami, Lagos, Dhaka, Yangon, Bangkok, Kolkata, Manila, dan daerah metropolitan Guangdong-Hong Kong-Macao. Ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa tindakan nyata untuk mengurangi emisi dan menghentikan kerusakan lingkungan, dampaknya bisa menjadi sangat besar bagi kota-kota pesisir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Untuk menghadapi tantangan ini, langkah-langkah adaptasi seperti peninggian tanggul, pemulihan mangrove, dan manajemen air yang lebih baik perlu segera dilakukan. Tindakan ini penting untuk melindungi wilayah pesisir Indonesia dari tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut yang terus meningkat. Kita semua perlu peduli dan bertindak sekarang agar tidak kehilangan sebagian wilayah kita akibat dampak perubahan iklim yang semakin nyata.