Industri taksi otomatis tanpa sopir (robotaxi) semakin berkembang dengan pesat, menimbulkan petaka bagi profesi driver online. Persaingan di antara penyedia layanan robotaxi semakin ketat, terutama di China dan Amerika Serikat (AS) yang menjadi negara-negara yang paling kompetitif dalam pengembangan robotaxi.
Di China, perusahaan besar seperti Apollo Go (Baidu), Pony.ai, dan WeRide aktif melakukan ekspansi, bahkan ke pasar internasional. Sementara di AS, Waymo dan Tesla, yang dimiliki oleh Elon Musk, terus memperluas layanan komersial mereka. Terbaru, Uber dari AS bermitra dengan Baidu dari China, yang merupakan penyedia robotaxi Apollo Go, untuk mengoperasikan ribuan kendaraan otomatis milik Apollo Go pada platform Uber.
Kerja sama strategis jangka panjang ini menargetkan berbagai pasar, termasuk di luar AS dan China, seperti Asia dan Timur Tengah. Meskipun masih belum jelas apakah Indonesia akan menjadi bagian dari ekspansi ini, pemerintah Indonesia belum memiliki regulasi yang jelas terkait industri robotaxi yang semakin populer.
Uber terus menjalin kemitraan dengan produsen AV, termasuk Waymo (Alphabet), Volkswagen, May Mobility, dan Pony.ai, untuk melindungi bisnis transportasi online mereka dengan memanfaatkan perkembangan robotaxi. Meskipun kemitraan ini berkembang pesat, tahap-tahapnya masih pada awal yang menyatakan bahwa penumpang awalnya tidak dapat memesan AV Baidu di aplikasi Uber. Sebaliknya, penumpang dapat melakukan perjalanan dengan Apollo Go AV tanpa pengemudi, memberikan pilihan yang serupa dengan kemitraan Uber lainnya yang sudah ada.