Berita  

Penyelidikan Dampak ‘Rojali’ pada Pedagang Ecommerce

Indonesia saat ini sedang mengalami tren ‘Rojali’ atau Rombongan Jarang Beli, yang tidak hanya terjadi di mal tetapi juga telah memasuki dunia e-commerce. Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Budi Primawan, mengkonfirmasi bahwa meskipun trafik tinggi di e-commerce, hal itu tidak menjamin tingginya transaksi. Menurutnya, banyak konsumen lebih suka mencari produk, membandingkannya, dan membutuhkan waktu lebih lama sebelum memutuskan untuk membeli atau checkout barang dari platform belanja online.

Meskipun tren Rojali terjadi, pertumbuhan belanja online di Indonesia diproyeksikan akan terus mengalami pertumbuhan pesat. Menurut laporan The Paypers yang mengutip data PCMI pada 2024, nilai transaksi e-commerce di sektor ritel mencapai US$75 miliar-US$46 miliar. Adopsi e-commerce semakin cepat dengan adanya festival belanja online seperti Harbolnas, ekspansi dompet digital, dan berbagai fitur baru yang diperkenalkan.

Prediksi pertumbuhan e-commerce tahunan (CAGR) di Indonesia adalah sebesar 19% dari tahun 2027 hingga 2029, didorong oleh peningkatan infrastruktur digital, inovasi pembayaran, dan kepercayaan konsumen. Banyak orang juga beralih dari toko fisik ke belanja online melalui smartphone. Ritel memimpin kategori e-commerce di Indonesia sebesar 61%, diikuti oleh travel, aplikasi ride-hailing dan pengiriman, serta kategori lainnya seperti game, layanan streaming, dan Software-as-a-Service (SAA).

Adopsi belanja online melalui smartphone semakin tinggi, dengan 67% dari penduduk Indonesia yang telah berbelanja dengan total nilai US$50,25 miliar. Volume transaksi tertinggi terjadi pada kategori mode dan aksesori dengan 16,3%, diikuti oleh kesehatan dan kecantikan, serta peralatan rumah tangga. Data ini menunjukkan bahwa e-commerce terus tumbuh di Indonesia dan tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen.

Source link