Amerika Serikat (AS) tiba-tiba menjadi pasar penting bagi produk Samsung, mulai dari ponsel hingga chip teknologi. Lonjakan pengiriman smartphone di AS memicu kontrak besar senilai US$16,5 miliar (Rp 272 triliun) antara Samsung dan Tesla, perusahaan mobil listrik AS. Kesepakatan dagang baru antara Korea Selatan dan AS, yang memotong tarif impor hingga 15%, menjadikan Samsung sebagai pemasok chip terpercaya bagi perusahaan besar seperti Tesla. Langkah ini dianggap menyelamatkan divisi manufaktur chip kontrak Samsung dan membuka peluang untuk mendapat pesanan tambahan dari pelanggan lain. Selain itu, Samsung berencana untuk memperluas bisnis manufaktur chip kontrak dengan membangun pabrik chip canggih di Texas, AS, untuk produksi mulai tahun 2026.
Di sisi lain, pengiriman smartphone Samsung di pasar AS juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dengan ekspansi seri Galaxy A yang menyasar pasar menengah, pengiriman smartphone Samsung naik 38% secara tahunan, mencapai 8,3 juta unit pada kuartal II 2025. Meskipun Apple masih memegang pangsa pasar terbesar dengan 49%, pengiriman mereka mengalami penurunan sebesar 11%. Samsung menguntit di posisi kedua dengan 31% pangsa pasar, diikuti oleh Motorola, Google, dan TCL. Motorola dan Samsung juga mulai meningkatkan pasokan dari India ke AS, meskipun prosesnya lebih lambat dan dalam skala yang lebih kecil daripada Apple. Sementara Motorola memiliki pusat manufaktur utama di China, Samsung lebih bergantung pada produksinya di Vietnam.
Dengan pengiriman yang terus meningkat dan ekspansi ke pasar AS yang signifikan, Samsung semakin solid dalam persaingan global di industri teknologi. Langkah-langkah strategisnya dalam manufaktur chip dan ekspansi produk smartphone menunjukkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan posisi teratas dalam pasar yang semakin kompetitif.