Berita  

Paus Terdiam: Bahaya Besar di Hadapan Kita

Paus biru tiba-tiba mengalami penurunan suara menimbulkan kekhawatiran dari para ilmuwan terhadap kondisi ekosistem yang lebih luas. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Public Library of Science, dilakukan pemantauan terhadap tiga spesies paus, yaitu paus biru, paus sirip, dan paus bungkuk di California Current Ecosystem, Samudra Pasifik Utara selama enam tahun. Penelitian ini dilakukan sebagai respons terhadap puncak gelombang panas laut yang terjadi beberapa tahun sebelumnya dan mengancam populasi krill pada tahun 2013.

Melalui perekaman suara dengan menggunakan hidrofon di dasar laut, para peneliti berhasil menemukan adanya penurunan suara paus biru dan paus sirip setelah tahun 2017. Suara paus biru bahkan mengalami penurunan hingga mencapai 40% selama periode penelitian. Ahli oseanografi biologi dari Monterey Bay Aquarium Research Institute, John Ryan, menjelaskan bahwa paus biru tampaknya mengalami kesulitan dalam mencari makanan, yang bisa menjadi faktor penyebab dari penurunan aktivitas suara mereka.

Selain itu, terdapat indikasi bahwa paus biru mulai mencari makan di area yang lebih luas pada tahun 2019 karena rendahnya populasi krill di area sekitarnya. Hal ini berbeda dengan paus bungkuk yang lebih fleksibel dalam memilih sumber makanan. Fenomena gelombang panas yang disebabkan oleh aliran besar air panas bernama The Blob dari Laut Bering dan Teluk Alaska juga menjadi perhatian utama dalam penelitian ini.

Meskipun dalam jangka pendek paus bungkuk tidak terlalu terdampak oleh The Blob, namun para peneliti mengkhawatirkan dampak jangka panjangnya terhadap keseluruhan ekosistem. Ahli biologi kelautan dari Monterey Bay Aquarium, Kelly Benoit-Bird, mengungkapkan bahwa jika paus tidak dapat memperoleh makanan yang cukup, mereka mungkin terpaksa bermigrasi ke daerah lain, yang dapat memiliki implikasi besar terhadap keseimbangan ekosistem Pantai Barat Amerika Utara. Dengan demikian, fenomena ini seakan menjadi peringatan akan potensi bahaya yang dapat terjadi di masa depan pada ekosistem laut.

Source link

Exit mobile version