Petinggi Microsoft meminta polisi untuk mengusir sejumlah karyawannya yang menerobos kantornya terkait penolakan penggunaan software perusahaan untuk kebutuhan militer Israel. Karyawan Microsoft dan mantan pegawai yang tergabung dalam kelompok ‘No Azure for Apartheid’ melakukan unjuk rasa di kampus Microsoft Redmond, Washington. Mereka berhasil masuk ke kantor presiden perusahaan Brad Smith. Para demonstran menuntut perusahaan memutus hubungan dengan pihak Israel saat mereka berada di gedung Microsoft 34. Brad Smith mengatakan bahwa tindakan demonstran yang menyerbu gedung dan melakukan tindakan melanggar hukum tidak dapat diterima, sehingga tujuh orang akhirnya diusir oleh polisi Redmond. Dua dari ketujuh orang tersebut merupakan karyawan Microsoft.
Pihak Microsoft sedang mempertimbangkan tindakan disipliner terhadap karyawan yang berpartisipasi dalam protes tersebut. Kejadian ini bukanlah yang pertama kali terjadi, tahun sebelumnya, beberapa karyawan Google juga masuk tanpa izin ke fasilitas perusahaan, termasuk mengakses CEO Google Cloud Thomas Kurian. Protes dilakukan karena Google memiliki kontrak dengan pemerintah Israel dan akhirnya perusahaan memecat 28 karyawan yang terlibat dalam protes tersebut.