Amerika Serikat telah memperketat pengawasan terhadap industri semikonduktor global dengan mencabut izin khusus yang memungkinkan perusahaan cip Korea Selatan, Samsung Electronics, dan SK Hynix, untuk tetap menggunakan peralatan buatan AS di pabrik mereka di China. Keputusan ini berdampak pada perusahaan lain seperti Intel, yang telah menjual fasilitas produksinya di China sebelumnya. Dampak kebijakan ini juga dirasakan oleh para pemasok peralatan semikonduktor asal AS, seperti KLA Corp., Lam Research, dan Applied Materials, yang sahamnya turun setelah pengumuman ini.
Langkah ini diyakini akan mempengaruhi rantai pasok global, terutama karena ribuan aplikasi lisensi masih harus diproses oleh pemerintah AS sebelum aturan baru ini benar-benar berlaku. Samsung dan SK Hynix, yang sebelumnya mendapat status Validated End User (VEU), kini harus mengikuti prosedur perizinan yang sama dengan perusahaan asing lain. Langkah ini diambil setelah spekulasi yang berlangsung beberapa bulan, di mana Washington mengisyaratkan bahwa risiko tersebut bisa terjadi jika negosiasi dagang AS-China gagal.
Kendati begitu, CEO Intel menyambut baik kebijakan tersebut dan menganggapnya sebagai langkah yang diperlukan. Intel juga baru saja mengumumkan akan memberikan 10% saham kepada pemerintah AS setelah pertemuan dengan Presiden Trump. Meskipun demikian, para ahli seperti Chris Miller menganggap bahwa langkah ini bisa membuat produsen cip Korea terdampak, terutama jika tidak diimbangi dengan langkah serupa terhadap produsen cip China. Hal ini juga mencerminkan ketegangan dalam hubungan perdagangan antara AS dan Korea Selatan, yang baru-baru ini tidak menandatangani kesepakatan dagang terkait tarif yang sebelumnya diumumkan.