Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlanjut dengan AS kembali melarang produknya untuk diekspor ke China, khususnya alat manufaktur chip. Hal tersebut menimbulkan kesulitan bagi produsen chip besar seperti Samsung Electronics, SK Hynix, dan TSMC dalam mengekspor alat manufaktur chip ke pabrik-pabrik mereka di China. Keputusan ini bisa berdampak jangka panjang terhadap kemampuan pabrik-pabrik mereka di China dan juga dapat melemahkan daya saing mereka.
Pemerintah AS telah mencabut status jalur cepat TSMC untuk ekspor peralatan manufaktur chip AS ke pabrik utamanya di China, mengikuti langkah serupa yang telah diambil untuk Samsung Electronics dan SK Hynix. Washington bertujuan untuk mencegah China mendapatkan keuntungan berlebih dari teknologi canggih AS, terutama setelah pemerintahan Presiden Donald Trump meninjau kembali kontrol ekspor yang dianggap terlalu longgar di bawah pemerintahan Biden.
Meskipun TSMC, SK Hynix, dan Samsung Electronics telah mendapat pengecualian dari pembatasan ekspor AS terkait chip ke China, hak istimewa ini dinyatakan akan berakhir pada 31 Desember 2025. TSMC mengkonfirmasi bahwa pengiriman peralatan pembuat chip AS ke pabriknya di Nanjing setelah tanggal tersebut akan memerlukan lisensi ekspor khusus dari AS. Pabrik di Nanjing ini menghasilkan chip node 16 nanometer dan chip node matang lainnya, dan TSMC tengah mengevaluasi situasi serta tetap berkomitmen untuk kelancaran operasional pabrik tersebut.
Kementerian Ekonomi Taiwan juga bersedia untuk menjalin komunikasi erat dengan AS dan TSMC demi memantau perkembangan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan. Departemen Perdagangan AS menegaskan bahwa izin untuk operasional fasilitas perusahaan asing di China diberikan tanpa peningkatan kapasitas atau teknologi.
Meskipun saham SK Hynix dan Samsung merosot setelah pengecualian mereka dicabut, saham TSMC tidak terlalu terpengaruh, stabil pada Rabu (3/9) waktu setempat. Artike ini disadur dari: CNBC Indonesia
(fab/fab)