Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin meluas dalam kehidupan sehari-hari, terlihat dari integrasi AI dalam berbagai aplikasi populer. Mulai dari browser, mesin pencari, hingga media sosial dan layanan pesan singkat. Chatbot ChatGPT buatan OpenAI adalah salah satu contoh yang telah berkembang menjadi layanan pembuatan konten visual berbasis AI seperti Sora 2 dan Nano Banana di Google Gemini.
AI tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat umum tetapi juga oleh perusahaan di berbagai sektor seperti telekomunikasi, transportasi, kesehatan, dan ritel untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, keberadaan AI juga menimbulkan kekhawatiran bahwa teknologi ini akan menggantikan peran pekerja manusia.
Menurut hasil survei dari Pew Research, mayoritas masyarakat dunia merespons kehadiran AI dengan campuran rasa khawatir dan antusias. Lebih dari setengah responden mengaku khawatir terhadap dampak AI pada kehidupan mereka, terutama di negara-negara seperti AS, Italia, Australia, Brasil, dan Mesir.
Survei juga menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat suatu negara dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka tentang AI. Negara-negara dengan pendapatan tinggi seperti Jepang, Jerman, Prancis, dan AS memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang AI dibandingkan negara-negara dengan pendapatan rendah seperti India dan Kenya.
Selain itu, studi lain menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat di berbagai negara lebih percaya pada negara mereka sendiri dalam mengatur AI daripada negara lain seperti AS dan China. Indonesia, misalnya, menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi pada regulasi AI yang dilakukan oleh pemerintahnya sendiri.
Secara keseluruhan, masyarakat yang antusias dengan kehadiran AI cenderung percaya bahwa negara mereka bisa mengatur penggunaan AI. Uni Eropa menjadi entitas pengatur AI global yang paling dipercayai oleh responden, diikuti oleh AS dan China.
Namun, Indonesia dan Afrika Selatan merupakan negara yang cenderung lebih percaya kepada China sebagai entitas regulator AI global daripada AS. Masyarakat dewasa yang lebih muda cenderung lebih percaya kepada China, sementara kepercayaan terhadap AS lebih cenderung di kalangan orang-orang yang berideologi kanan dan pendukung partai kanan populis.












