Pergeseran tren di dunia kerja semakin terasa, dimana memiliki gelar sarjana bukanlah jaminan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak. Hal ini terlihat dari banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur meskipun telah berusaha melamar di berbagai perusahaan. CEO Nvidia, Jensen Huang, bahkan menyatakan bahwa pekerjaan yang dicari di masa depan membutuhkan keterampilan fisik seperti tukang ledeng dan tukang listrik untuk membangun infrastruktur data center yang mendukung pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Selain itu, perusahaan analitik data Palantir Technologies juga turut membenarkan hal ini dengan mengambil langkah merekrut karyawan lulusan SMA. Startup ini bahkan memiliki program Beasiswa Meritokrasi yang ditawarkan kepada para siswa SMA untuk dapat bekerja penuh waktu di perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan karena Palantir meyakini bahwa sistem penerimaan kampus saat ini tidak efektif dan dilemahkan oleh kriteria penerimaan yang tidak akurat.
Program Beasiswa Meritokrasi ini diikuti oleh sekitar 500 lulusan SMA, dimana 22 di antaranya berhasil mendapatkan beasiswa. Dengan mengusung tema yang bervariasi dan berbeda dari magang pada umumnya, program ini memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan menantang bagi para penerima beasiswa. Meskipun tantangan untuk bekerja tanpa gelar sarjana tidaklah mudah, namun banyak dari mereka yang berhasil mencapai kesuksesan dan membangun agensi mereka sendiri.
Secara keseluruhan, pergeseran tren dalam dunia kerja menunjukkan pentingnya keterampilan fisik dan kemampuan dalam membangun suatu infrastruktur yang menjadi fokus utama dalam kehidupan kerja masa depan. Dengan memanfaatkan program-program seperti Beasiswa Meritokrasi, para lulusan SMA dapat memperoleh kesempatan untuk mengembangkan karir mereka tanpa harus melalui jalur tradisional melalui kampus. Hal ini membuktikan bahwa potensi dan bakat seseorang tidak selalu diukur dari gelar yang dimilikinya, namun dari keterampilan dan kesempatan yang mereka dapatkan.
