Shein, raksasa e-commerce China, berencana melakukan diversifikasi bisnis untuk meningkatkan pendapatan di tengah kebijakan ‘de minimis’ yang dihapus dan perang tarif yang sedang berlangsung oleh Amerika Serikat. Salah satu strategi baru yang diambil oleh Shein adalah membuka jaringan manufaktur pakaian di China untuk merek-merek fashion pihak ketiga dengan syarat membuka toko online di platform Shein. Layanan ini memungkinkan pabrik-pabrik tersebut untuk memproduksi desain baru dalam waktu singkat, 5-7 hari. Sejumlah merek fashion, termasuk Pimkie dari Prancis dan Jian Lasala dari Filipina, sudah memanfaatkan layanan tersebut yang dikenal dengan nama ‘Xcelerator’. Selain manufaktur, Shein juga menawarkan layanan sampel pengembangan produk, gudang, penjualan, dan pemenuhan pesanan bagi merek-merek yang bergabung. Meskipun tidak terbuka bagi merek fashion kecil dengan biaya rendah, inisiatif ini dianggap sebagai langkah strategis untuk memanfaatkan jaringan rantai pasok yang luas di China Selatan. Shein, yang berkantor pusat di Singapura setelah keluar dari Indonesia pada 2021, mendapat popularitas global karena menawarkan barang murah dengan model bisnis yang efisien. Meskipun menghadapi tantangan dari kebijakan perdagangan luar negeri, Shein tetap solid sebagai pemain utama di industri e-commerce fast-fashion dengan pendapatan yang terus meningkat.
Ekspansi Ecommerce China Dengan Mesin Uang Baru

Read Also
Recommendation for You

Perubahan Cuaca di Indonesia: Prediksi BMKG Cuaca di Indonesia dalam beberapa hari ke depan dipengaruhi…

Pemerintah Amerika Serikat telah mengumumkan perkembangan baru dalam negosiasi masa depan TikTok dengan memastikan bahwa…

CNBC Indonesia menyelenggarakan Fintech Forum dengan tema “Identitas Terverifikasi Jadi Benteng Keamanan Perbankan di Era…

Penemuan objek asing yang menabrak orbit Bumi baru-baru ini telah memicu kembali spekulasi seputar keberadaan…

Memiliki memori ponsel yang penuh sering menjadi masalah bagi banyak pengguna. Hal ini disebabkan oleh…