Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 526 konten hoaks tentang pemilu di media sosial sejak 19 Januari 2022 hingga 27 Oktober 2023. Jumlah konten terbanyak ditemukan di Facebook sebanyak 455 konten.
Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa penyebaran hoaks dan disinformasi terkait pemilu banyak terjadi di Facebook yang dimiliki oleh Meta. Ia juga mengungkapkan bahwa pihak Meta telah berkomitmen untuk bekerja sama dalam menghentikan penyebaran hoaks di seluruh platformnya. Meta juga berjanji akan segera menurunkan semua konten yang teridentifikasi sebagai hoaks.
Dari data yang diterima CNBC Indonesia dari Kominfo, sebanyak 378 konten hoaks dari total 526 konten sudah diturunkan. Untuk Facebook, sebanyak 332 konten hoaks sudah diturunkan dan sedang ditindaklanjuti sebanyak 123 konten. Sementara itu, 11 konten hoaks di Twitter masih dalam proses penindaklanjutan, Instagram hanya memiliki 1 konten hoaks yang sudah ditindaklanjuti, dan TikTok telah menemukan 25 konten hoaks dengan 14 konten sudah diturunkan dan 4 konten sisa masih ditindaklanjuti.
Snack Video memiliki 17 konten hoaks dengan 14 konten sudah diturunkan, sedangkan YouTube memiliki 17 konten hoaks dan 10 konten sudah diturunkan.
Isu hoaks terkait pemilu juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2022, hanya terdapat 10 isu hoaks, namun pada Januari hingga Oktober 2023, terdapat 98 isu hoaks tentang pemilu. Hal ini menunjukkan peningkatan sebanyak 10 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan yang sama, isu hoaks juga mengalami fluktuasi selama 10 bulan tahun 2023. Pada bulan Juli, terdapat 14 isu hoaks yang meningkat menjadi 18 isu pada bulan Agustus. Kemudian menurun menjadi 13 isu pada bulan September, namun kembali meningkat menjadi 21 isu pada bulan Oktober.
Menteri Budi Arie Setiadi menekankan bahwa peningkatan signifikan isu hoaks dari bulan ke bulan menunjukkan adanya tantangan besar dalam menghadapi penyebaran hoaks terkait pemilu di media sosial.