Berita  

Masalah Google Mengalami Penyebaran Luas, CEO Keluar dari Jabatan Tinggi

Masalah Google Mengalami Penyebaran Luas, CEO Keluar dari Jabatan Tinggi

Google saat ini sedang menghadapi kasus antimonopoli di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Google diduga melakukan pelanggaran hukum dengan tujuan mempertahankan dominasinya sebagai mesin pencari utama di berbagai platform. Mereka diduga membayar perusahaan telekomunikasi, produsen HP, dan layanan browser agar menggunkan Google Search sebagai mesin pencari default.

Persidangan antara Google dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat masih berlangsung, dan CEO Alphabet sebagai induk perusahaan Google, Sundar Pichai, dijadwalkan akan hadir di persidangan sebagai saksi pada pekan depan. Pichai akan diinterogasi tentang investasi perusahaan dalam mempertahankan posisinya sebagai mesin pencari nomor satu.

Pemerintah AS akan menanyakan kepada Pichai tentang keputusan perusahaan untuk membayar miliaran dolar setiap tahun agar Google Search menjadi mesin pencari otomatis di smartphone. Pemerintah AS sebelumnya mengklaim bahwa Google menguasai 90% pangsa pasar mesin pencari dan secara ilegal membayar mitra seperti Apple dan AT&T sebesar 10 miliar dolar setiap tahunnya agar tetap mendominasi pasar. Dominasi Google sebagai mesin pencari membuat mereka mendapatkan keuntungan besar dari iklan digital, namun dinilai tidak sehat bagi persaingan.

Google berdalih bahwa kesepakatan mereka dengan para mitra sudah mematuhi aturan yang berlaku dan dominasinya didapatkan karena pengguna puas dengan kualitas layanan Google. Mereka juga mengklaim bahwa pengguna masih bisa mengganti mesin pencari default jika mereka tidak puas.

Selain itu, kasus antimonopoli Google juga meluas hingga ke Jepang. Komisi Perdagangan Adil Jepang (JFTC) sedang menyelidiki kemungkinan pelanggaran undang-undang antimonopoli dalam layanan pencarian web oleh Google. Mereka menyelidiki apakah Google membagi sebagian pendapatannya kepada pembuat smartphone Android dengan syarat mereka tidak memasang mesin pencari saingan. JFTC juga mempelajari praktik Google yang memaksa pembuat smartphone Android memasang aplikasi browser Google Search dan Google Chrome dengan aplikasi Google Play. Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk mencari tahu apakah Google membatasi aktivitas bisnis pesaing dan membatasi aktivitas bisnis mitra mereka di pasar layanan pencarian.

JFTC menegaskan bahwa persoalannya bukanlah layanan Google yang digunakan secara luas, tetapi tentang persaingan yang tidak sehat. Mereka ingin tahu apakah pengguna diberikan pilihan untuk menggunakan mesin pencari lainnya dan apakah persaingan di pasar layanan pencarian benar-benar sehat.

Kasus antimonopoli yang dihadapi Google ini menunjukkan bahwa dominasi mereka sebagai mesin pencari utama telah menimbulkan kekhawatiran tentang persaingan yang adil dan sehat di pasar layanan pencarian.