Calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka memiliki gagasan untuk memberikan program kredit startup milenial. Ide ini cukup menarik perhatian karena kebanyakan startup mendapatkan modal usaha dari investor, bukan dari utang bank.
Saat ini, ekosistem digital di Indonesia telah melahirkan banyak startup dengan valuasi tinggi, beberapa di antaranya bahkan menjadi unicorn dengan mendapatkan investasi triliunan rupiah dari investor global.
Investasi memang menjadi sumber modal utama bagi startup untuk mengembangkan bisnis mereka, berbeda dengan kebanyakan bisnis baru yang mendapatkan modal dari pinjaman bank. Namun, mengapa hal ini terjadi?
Menurut Bendahara Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Startup Indonesia (Amvesindo), Edward Ismawan Chamdani, startup belum dianggap “bankable” oleh perbankan. Hal ini disebabkan karena rata-rata startup masih baru dan transaksi awalnya masih kecil atau tidak stabil.
Edward juga menyebutkan bahwa kredit untuk startup belum tentu sesuai dengan kebutuhan modal mereka, yang sebagian besar digunakan untuk pengembangan produk, pemasaran, karyawan, dan manajemen.
Sebagai solusi, Edward menyarankan agar pemberian kredit kepada startup harus disesuaikan dengan pendapatan yang pasti. Misalnya, melalui invoice dari calon pelanggan atau dengan memiliki neraca keuangan yang cukup baik sebagai justifikasi pembayaran kembali dalam periode pinjaman.
Gibran sendiri menyebut bahwa pemerintah telah menyediakan Kredit Usaha Rakyat untuk usaha mikro dan ultra mikro. Namun, ia ingin menghadirkan fasilitas kredit baru, yaitu kredit startup milenial.
Ia mengemukakan program tersebut saat deklarasi pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di area Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Rabu (25/10). Program ini ditujukan untuk para milenial yang memiliki perusahaan rintisan berbasis inovasi dan teknologi. Namun, Gibran belum menjelaskan secara detail mengenai program tersebut.
