Manusia purba dari Flores masih diklaim berkeliaran oleh warga suku Lio. Hal ini disampaikan oleh Ahli dari University of Alberta, Gregory Forth dalam artikel The Scientists. Berdasarkan kesaksian warga suku Lio, manusia Flores berubah menjadi hewan saat bergerak dan beradaptasi dalam lingkungan baru.
“Ini termasuk laporan penampakan oleh lebih dari 30 saksi mata, yang semuanya saya ajak bicara secara langsung. Dan saya menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka katakan kepada saya adalah bahwa hominin non-sapiens telah bertahan di Flores hingga saat ini atau baru-baru ini,” kata dia dikutip IFL Science.
Penelitian tentang Homo Floresiensis dilaporkan dalam sebuah penelitian dari tim gabungan Indonesia dan Australia. Mereka menemukan bukti tersebut berasal dari gua besar di Liang Bua, Flores. Berdasarkan penanggalan, manusia purba tersebut hidup 38 ribu-18 ribu tahun lalu.
Manusia Flores disebut Hobbit karena tingginya yang hanya 106 cm. Berdasarkan hasil analisis awal yang dilakukan oleh Peter Brown dari Universitas New England, Australia, tinggi manusia Flores hanya sekitar 106 cm dengan volume otak sekitar 380cc.
Tinggi badan tersebut disebabkan oleh penyakit, menurut penjelasan Teuku Jacob dari UGM. Jacob mengatakan bahwa Hobbit masih termasuk dalam spesies manusia modern dari Homo Sapiens, namun menderita penyakit yang juga diderita masyarakat Flores.
Penemuan ini menarik karena membuka wawasan baru tentang sejarah manusia purba di wilayah Flores. Sebuah penemuan yang memberikan informasi berharga tentang evolusi manusia di wilayah Asia Tenggara.