Berita  

BRIN Mengingatkan Potensi Bencana Baru di Indonesia Pasca El Nino

BRIN Mengingatkan Potensi Bencana Baru di Indonesia Pasca El Nino

Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memberikan peringatan serius terkait potensi kekeringan yang mungkin terjadi di musim hujan saat ini, khususnya di Pulau Jawa.

Dalam cuitannya di X (dahulu Twitter), Erma menyoroti dominasi angin monsun timuran, yang secara tradisional terkait dengan musim kemarau, dan berdampak pada fenomena El Nino yang semakin kuat.

“Kekeringan belum berakhir di Jawa! Angin monsun timuran yang identik dengan musim kemarau kembali dominan di atas Jawa. Ini semakin menegaskan El Nino melemahkan monsun baratan sehingga kemarau lebih panjang, menunda musim hujan, dan mengubah sifat musim hujan menjadi lebih kering,” ungkap Erma dikutip dari X, Jumat, (29/12/2023).

Salah satu faktor yang dijelaskan Erma adalah intrusi udara kering dari selatan Jawa dan Australia yang sedang mengalami musim panas. Hal ini menyebabkan cuaca panas dan kering di Pulau Jawa selama musim hujan. Erma menyoroti dominasi angin selatan yang membawa udara kering ke wilayah tersebut.

Selain itu, Erma mencatat penguatan fenomena El Nino yang diprediksi mencapai puncaknya pada Desember hingga Januari. Intensitas anomali iklim ini dapat menyebabkan pendinginan suhu muka laut dan termoklin di sekitar Papua, membuat pembentukan awan dan hujan sulit terjadi.

Erma juga menekankan kesamaan pola El Nino tahun 2023 dengan kejadian tahun 1997, yang menyebabkan defisit curah hujan yang signifikan. Faktor lain yang turut dipertimbangkan adalah fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) positif dan gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO), yang dapat mempengaruhi pembentukan awan di Samudera Hindia menuju Indonesia.

Dalam konteks ini, masyarakat dihimbau untuk bersiap menghadapi musim hujan yang kering pada tahun 2023-2024.

“Lalu sampai kapan panas dan kering ini? Setidaknya selama dasarian 2-3 Desember kita di Jawa masih harus bersabar menunggu hujan. Meski begitu, kita juga mesti bersiap dg hujan ekstrem yg dapat terjadi pasca dry spells. Ingat, El Niño masih 5-6 bulan lagi hingga Mei 2024!” tulisnya dalam cuitan terpisah.

Lebih jauh, mengutip CNN Indonesia, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sebelumnya juga memprediksi fenomena El Nino berlangsung hingga April 2024, atau lebih lama ketimbang yang diprediksi sebelumnya, imbas suhu di kedalaman lautan.

“Berdasarkan prediksi model dan penilaian para ahli, terdapat kemungkinan yang sangat tinggi (sekitar 90persen kemungkinan) kejadian El Nino akan berlanjut selama periode perkiraan (November 2023-April 2024),” demikian menurut laporan ‘El Nino/La Nina Update October 2023’ dikutip dari situs WMO.

Laporan itu merupakan hasil pemantauan terhadap El Niño/La Niña Southern Oscillation (ENSO), yakni anomali suhu lautan yang berpusat di kawasan Samudera Pasifik bagian khatulistiwa tengah dan timur.

Rinciannya, menurut prakiraan terbaru dari Pusat Produksi Global WMO untuk Prakiraan Jangka Panjang, yakni periode November 2023 hingga Januari 2024, ada peluang besar (90 persen) El Nino akan berlanjut sepanjang musim dingin Belahan Bumi Utara yang akan datang.

Selain itu, peluang transisi ke ENSO-netral (tak ada El Nino maupun La Nina) sangat rendah (10persen). Sementara,kemungkinan munculnya La Nina 0 persen.

El Nino, meski tak selalu serupa efeknya, sejauh ini berdampak pada penurunan curah hujan drastis di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebaliknya, La Nina membuat curah hujan makin deras meski di musim kemarau.

WMO pun mewanti-wanti El Nino periode kali ini bakal berdampak luas di wilayah tropis setidaknya hingga Maret 2024.

Exit mobile version