Berita  

Microsoft Menutup Data Center yang Terletak di Dasar Laut

Microsoft Menutup Data Center yang Terletak di Dasar Laut

Proyek data center bawah laut Microsoft tutup setelah hampir 9 tahun

Jakarta, CNBC Indonesia – Proyek data center bawah laut milik Microsoft resmi ditutup. Project Natick bertahan hampir 9 tahun setelah dimulai tahun 2015 lalu.

Kepala Operasi dan Inovasi Cloud Microsoft, Noelle Walsh mengatakan hasil proyek tersebut membuat timnya belajar banyak. Penerapan data center itu kemungkinan juga akan diterapkan pada kasus lain.

“Saya tidak membangun pusat data bawah laut di manapun di dunia. Tim saya mengerjakan dan berhasil,” jelasnya dikutip dari Tech Radar, Senin (2/7/2024).

“Kami belajar banyak soal operasi bawah laut serta dampak pada server. Jadi kami akan menerapkan pembelajaran itu pada kasus lain,” imbuh Walsh.

Pusat data bawah laut diuji pertama kali di lepas pantai Skotlandia tahun 2018. Saat itu, 855 server berada di bawah permukaan layt selama lebih dari dua tahun.

Hasilnya hanya enam server yang gagal. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit saat uji coba darat sebelumnya, yakni 8 yang gagal dari 135 server yang disediakan.

Ben Cutler selaku pemimpin Project Natick saat itu mengatakan tingkat keberhasilannya karena tidak ada manusia yang langsung berinteraksi dengan server. Proyek itu menempatkan server dalam kapsul dan menggunakan nitrogen yang tak terlalu korosif untuk menggantikan oksigen.

Project Natick memang cukup menjanjikan. Bahkan Microsoft telah punya banyak rencana untuk data center dasar lautnya.

Termasuk mempertimbangkan proyek itu sebagai pusat data terumbu buatan. Jadi akan berdampak pada penempatan server serta kehidupan laut.

Pada akhirnya, proyek ini ditutup. Namun Microsoft juga telah menyiapkan teknologi lain seperti robotika untuk meningkatkan operasi pusat data.

Saksikan video di bawah ini: Video: Meraih Cita-cita Indonesia Jadi Pusat Data Center di ASEAN

Next Article
Valuasi Rp 15,6 T, Telkom Dikabarkan Jual Saham Bisnis Data Center

(dem/dem)