Menjadi seorang influencer media sosial, seperti Raffi Ahmad di Indonesia, tidak hanya merupakan impian bagi sebagian orang tetapi juga merupakan tantangan yang semakin keras. Persaingan yang tajam dalam industri ini membuat platform cenderung kurang murah hati dalam memberikan komisi kepada para kreator konten. Para merek ternama juga menjadi lebih selektif dalam menjalin kerja sama dengan influencer.
Sebuah laporan dari The Wall Street Journal mengungkap bahwa meraih penghasilan yang stabil dan layak sebagai kreator konten adalah hal yang sulit, bahkan semakin sulit dari waktu ke waktu. Platform sosial makin hemat dalam membagikan penghasilan kepada para kreator konten, sementara para merek lebih spesifik dalam memilih dengan siapa mereka akan berkerjasama.
Situasi ini diperburuk dengan ancaman blokir TikTok di AS pada tahun 2025 mendatang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para kreator konten tentang kemungkinan kehilangan sumber penghasilan mereka jika salah satu platform utama mereka dihapus.
Selain itu, para kreator konten juga menghadapi tantangan lain dalam menjaga pendapatan mereka. Jumlah orang yang memposting konten di media sosial terus bertambah, namun sebagian kecil saja yang berhasil menghasilkan uang dari situ. Goldman Sachs memperkirakan bahwa jumlah kreator yang dapat menghasilkan pendapatan dari media sosial akan terus berkembang, tetapi keuntungan yang didapat bisa sangat bervariasi.
Selain itu, berbagai platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram terus mengubah kebijakan pembayaran untuk kreator konten mereka. Seorang kreator seperti Ben-Hyun mengalami penurunan pendapatan meskipun jumlah pengikutnya terus bertambah. Demikian pula, Danisha Carter juga mengalami hal yang serupa dan harus mencari cara tambahan untuk menghasilkan uang.
Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya persaingan, menjadi seorang influencer tidak lagi menjanjikan keuntungan besar seperti yang banyak orang kira. Para kreator konten harus terus berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kehadiran online mereka, sambil tetap beradaptasi dengan perubahan kebijakan platform media sosial.