Raksasa e-commerce China, Temu dan Shein, kini harus menghadapi hambatan setelah keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mencabut skema de minimis. Skema ini memberikan pembebasan bea masuk untuk impor dengan harga di bawah US$800, yang telah menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan pesat kedua platform di pasar AS. Pembatalan skema ini juga sejalan dengan pengenaan tarif 10 persen untuk produk asal China yang diekspor ke AS.
Temu dan Shein terkenal karena menawarkan barang dengan harga yang sangat terjangkau, karena mereka menjual langsung dari pabrik kepada konsumen akhir. Meskipun ini memicu kontroversi di beberapa negara, namun pemerintah Indonesia bahkan telah memblokir kedua platform tersebut karena dikhawatirkan dapat merugikan UMKM lokal.
Dampak dari kebijakan baru Trump telah terasa, di mana harga barang di Temu dan Shein bisa meningkat dan karenanya memengaruhi penjualan di kedua platform tersebut. Data dari Bloomberg Second Measure menunjukkan penurunan penjualan Shein dan Temu di AS sejak 5 Februari 2025, dengan penurunan hingga 41% dalam beberapa hari. Penurunan ini terus berlanjut hingga tanggal terakhir data yang tersedia pada 9 Februari 2025.
Menanggapi kebijakan ini, Shein telah meminta penyuplai di China untuk memindahkan produksi ke Vietnam guna menghindari tarif tambahan dari Trump. Sementara Temu fokus mempromosikan produk lokal dari gudang di AS, meski mayoritas produk tersebut tetap berasal dari pedagang China.
Selain kekhawatiran tentang penambahan biaya pada barang yang dijual, penurunan transaksi di kedua platform juga dipengaruhi oleh faktor musiman, kompetisi pasar, dan tantangan makroekonomi. Meskipun demikian, Temu dan Shein terus berupaya untuk tetap beroperasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan kebijakan pasar.